Emiten konstruksi PT PP (Persero) Tbk meraih kontrak baru senilai Rp6,7 triliun per akhir Mei 2021 setelah perseroan melakukan transformasi bisnis dengan menghadirkan strategi dan inovasi khusus, termasuk dengan fokus terlibat dalam beberapa Proyek Strategis Nasional (PSN) yang digagas oleh Pemerintah dan BUMN.Transformasi bisnis juga ditujukan untuk meningkatkan performa bisnis jangka panjang
Direktur Utama PT PP (Persero) Tbk Novel Arsyad mengatakan, sebagai perusahaan yang dinamis dan berkelanjutan, perseroan tentunya adaptif terhadap kondisi pasar saat ini dengan melakukan transformasi bisnis untuk meningkatkan performa bisnis jangka panjang.
"Upaya yang kami lakukan antara lain dengan fokus pada percepatan proyek potensial yang tidak terdampak pandemi, sambil tentunya tetap menjaga market share dan meningkatkan profitabilitas di segmen lain, seperti gedung, jalan dan jembatan," ujar Novel dalam pernyataan di Jakarta, Kamis.
Selain itu, lanjut Novel, emiten berkode saham PTPP itu berkomitmen untuk mendukung pemerintah dengan berpartisipasi aktif pada berbagai Proyek Strategis Nasional (PSN).
PTPP juga terus melakukan ekspansi bisnis dan meningkatkan nilai melalui peningkatan pada sistem tender dan perencanaan proyek serta perbaikan kualitas tender pada PSN.
"Selain itu, dilakukan beberapa program strategis antara lain cost reduction, menjaga likuiditas dengan cashflow leadership, implementasi teknologi untuk peningkatan performa biaya dan waktu proyek, sinergi BUMN, hingga ekspansi market khususnya pada PSN yang didorong oleh pemerintah," kata Novel.
Hingga akhir Mei 2021, PTPP berhasil membukukan kontrak baru sebesar Rp6,7 triliun, termasuk diantaranya adalah pada beberapa proyek yang digagas oleh Pemerintah dan BUMN.
Proyek infrastruktur tersebut antara lain pembangunan proyek Junction Dawuan Tol Cisumdawu sebesar Rp825 miliar, Pegadaian Tower senilai Rp594 miliar, Jalan Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang Paket 1.4 senilai Rp350 miliar, Infrastruktur Kawasan Mandalika sebesar Rp342 miliar, RSUD Banten dengan nilai Rp241 miliar, Taman Ismail Marzuki sebesar Rp190 miliar, Jembatan Bogeg & Fly Over KA Bogeg Banten senilai Rp180 miliar, Rehab Jaringan Irigasi Rawa Kuala Kapuas sebesar Rp178 miliar, LIPI Bandung dengan nilai Rp172 miliar, dan Daerah Irigasi Wawotobi 2 senilai Rp156,5 miliar.
Baca juga: PP sampai Mei 2021 raih kontrak baru Rp6,7 triliun
Selain itu, saat ini PTPP juga tengah mengerjakan 11 PSN bernilai di atas Rp500 miliar yaitu Kilang Minyak RDMP, Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR), Jalan Tol Kisaran Tebing Tinggi, Jalan Tol Semarang Demak, Jalan Tol Bogor Ring Road, Pelabuhan Patimban Paket 1 & 3, Bendungan Lolak, Bendungan Way Sekampung, Bendungan Lewikeuris Paket I, Bendungan Bener, Bendungan Way Apu, dan Bendungan Manikin Paket II.
"Dalam bidang investasi, PTPP akan memfokuskan pada selective investment dimana proyek-proyek investasi yang memiliki BEP cepat akan menjadi prioritas perusahaan saat ini. Selain itu, smart recycling asset akan difokuskan kepada proyek-proyek jalan tol yang telah diselesaikan pembangunannya dan memiliki profitabilitas yang baik," ujar Novel.
Hasil smart recycling asset tersebut akan digunakan kembali untuk membiayai proyek-proyek investasi berikutnya yang menurut perseroan memiliki nilai profitabilitas yang jauh lebih menguntungkan.
Novel menambahkan, PTPP juga telah menyusun strategi jangka menengah dan jangka panjang untuk terus bertumbuh dan berkelanjutan di mana beberapa strategi yang telah disusun antara lain memperluas kepemimpinan, pengembangan pasar baru perusahaan, investasi, penyelarasan lini bisnis, dan memperkuat kapabilitas perusahaan.
“Transformasi bisnis juga ditujukan untuk meningkatkan performa bisnis jangka panjang. Ke depan, kami juga berencana fokus pada pengembangan market serta akselerasi kompetensi atau champion-nya PP di power-renewables, seaport, dan airport yg memiliki market tinggi dan strategic fit terbaik," kata Novel.
Baca juga: PT PP akan jadi andalan di infrastruktur pelabuhan, EPC dan pembangkit
Laporan Global Energy Perspective dari McKinsey (2019) memproyeksi pangsa pasar energi baru terbarukan (EBT) global akan meningkat pesat hingga mencapai 50 persen pada 2035 dan mencapai 75 persen pada 2050. Di Indonesia, percepatan pasar baru EBT dilakukan melalui program renewable energy base industry development (Rebid) dan renewable energy base on economic development (Rebed).
Program tersebut dirancang untuk mempercepat pemanfaatan EBT di kawasan industri, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), dan mendukung kawasan ekonomi lokal di wilayah terpencil, terluar dan terdepan Indonesia (3T).
"Melalui penguatan di setiap aspek yang dilakukan, baik dari strategi, organisasi, hingga inovasi dan teknologi, maka kami optimis dapat menyelesaikan seluruh proyek baru yang dipercaya oleh pemerintah dan BUMN dengan cepat, akurat dan efisien," ujar Novel.
Baca juga: PP garap pembangunan Proyek Mandalika Rp940 miliar
Baca juga: PT PP targetkan pembangunan KIT Batang Klaster 1 Fase 1 tuntas 2021
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2021