• Beranda
  • Berita
  • Bahlil mau RI dikenal jadi negara industri penghasil baterai listrik

Bahlil mau RI dikenal jadi negara industri penghasil baterai listrik

24 Juni 2021 14:47 WIB
Bahlil mau RI dikenal jadi negara industri penghasil baterai listrik
Ilustrasi - Kawasan industri di Kawasi, Obi, Halmahera Selatan Maluku Utara, akan memproduksi baterai mobil listrik, sedang memasuki tahap konstruksi akhir. ANTARA/Abdul Fatah.

dunia mengenal Indonesia tidak hanya sebagai Bali tapi dunia harus mengenal Indonesia sebagai negara industrialis yang menghasilkan baterai mobil (listrik)

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia ingin Indonesia dikenal dunia sebagai negara industri penghasil baterai kendaraan listrik menyusul rencana pemerintah untuk mengembangkan ekosistem kendaraan listrik di tanah air.

"Indonesia, menurut saya, sudah saatnya keluar menjadi pemain terbesar dunia sehingga dunia mengenal Indonesia tidak hanya sebagai Bali tapi dunia harus mengenal Indonesia sebagai negara industrialis yang menghasilkan baterai mobil (listrik)," katanya dalam webinar "Prospek dan Tantangan Industri Baterai Nasional" yang digelar Universitas Indonesia, Kamis.

Bahlil menuturkan selama ini Indonesia dikenal dunia sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam, mulai dari kayu, emas, ikan, hingga batubara. Sayangnya, selama ini pengelolaan sumber daya alam Indonesia tidak memberikan nilai tambah bagi dalam negeri karena semuanya diekspor mentah.

Pemerintah pun bertekad untuk melakukan transformasi ekonomi sehingga nilai tambah bisa dinikmati di dalam negeri, salah satunya dengan terus mendorong hilirisasi.

Bahlil menjelaskan Indonesia memiliki 25 persen cadangan nikel dunia dan peluang itu akan dimanfaatkan sepenuhnya untuk bisa mengembangkan baterai kendaraan listrik.

Pengembangan baterai kendaraan listrik dinilai jadi peluang besar karena komponen utamanya yakni nikel, mangan dan kobalt tersedia di Indonesia. Baterai juga merupakan komponen utama yang porsinya mencapai separuh dari kendaraan listrik.

"Di Eropa, pada 2030, 70 persen mobilnya sudah beralih dari fosil ke energi baru terbarukan. Bahkan juga di beberapa negara di Asia dan Amerika Latin, termasuk Indonesia dan Asia Tenggara. Kita beruntung untuk energi baru terbarukan untuk mobil, 50 persen komponennya itu adalah baterai dan ternyata bahan baku utamanya nikel. Nikel di Indonesia itu cadangannya 25 persen dari total cadangan dunia," katanya.

Bahlil mengungkapkan pemerintah menyusun berbagai langkah komprehensif untuk bisa mendorong para investor masuk dan berinvestasi di Indonesia.

Langkah pertama yang dilakukan pemerintah yaitu dengan menghentikan ekspor bijih nikel sejak akhir Oktober 2019. Bahlil mengaku langkahnya untuk menghentikan ekspor bijih nikel itu sempat membuatnya didemo oleh para pengusaha.

"Saya didemo 1,5 bulan oleh teman-teman saya pengusaha. Tapi apa yang terjadi, mulai sekarang kita harus berpikir untuk negara kita. Tidak boleh lagi kita terlalu banyak ekspor material bahan baku. Ekspor kita di zaman sekarang dengan zaman VOC hampir sama saja, tidak ada perbedaan. Komitmen kita adalah mendorong terjadinya industri," katanya.

Tidak hanya mengamankan pasokan nikel, untuk mengundang investor datang, pemerintah juga menyiapkan banyak insentif termasuk tax holiday hingga kemudahan perizinan importasi mesin.

Pemerintah juga siap mengurus perizinan investasi para pemodal sebagai bentuk kolaborasi dengan pengusaha.

"Transformasi ekonomi ini akan memberi jawaban bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang akan memberikan kontribusinya kepada dunia, termasuk baterai mobil," tutup Bahlil.

Baca juga: Bahlil: Pabrik baterai mobil listrik mulai berproduksi 2023
Baca juga: Kemenperin akselerasi ekosistem industri baterai kendaraan listrik
Baca juga: Pabrik baterai sel kendaraan listrik segera dibangun di Bekasi

 

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021