Ibu dan generasi muda mempunyai peran strategis dalam upaya meningkatkan pemahaman berbagai elemen masyarakat tentang pentingnya ekosistem hutan mangrove dikelola secara berkelanjutan, kata Kepala Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Agus Justianto.
"Peran ibu dan generasi muda menjadi salah satu faktor penting dalam upaya ini. Perlu menyiapkan para ibu dan generasi muda yang mampu memahami pentingnya menjaga hutan mengrove serta mengimplementasikannya dalam aksi nyata pada kehidupan," katanya dalam Webinar "Edukasi Restorasi Ekosistem Mangrove" diakses dari Jakarta, Kamis.
Organisasi-organisasi perempuan, seperti Dharma Wanita, PKK, kelompok-kelompok agama, menurut dia, dapat menjadi wadah edukasi konservasi mangrove yang strategis.
Contoh aksi dari pemerintah dan publik figur ibu yakni aksi penanaman mangrove serentak di 10 provinsi berpusat pada daerah PLTU Labuhan Pandeglang, Banten yang dipimpin Ibu Negara Iriana Joko Widodo didampingi Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar dan jajarannya pada Maret 2019. Selain itu, aksi Ibu Negara beserta Ibu Mufidah Jusuf Kalla menanam mangrove di Pancur Pelabuhan, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau pada 7 Agustus 2019.
Ia menjelaskan ibu merupakan pendidik pertama dalam kehidupan anak, orang yang paling dekat dengan anak-anaknya, garda terdepan dalam pembentukan karakter cinta alam pada generasi muda.
Pembentukan karakter tersebut penting bagi generasi muda sebagai pewaris alam masa depan yang diperkirakan akan mengalami dampak kerusakan hutan yang lebih berat dibandingkan dengan saat ini, apabila tidak ada upaya signifikan dan progresif dalam rehabilitasi dan konservasi hutan secara berkelanjutan.
Ibu dan generasi muda, lanjutnya, harus mampu memahami pentingnya menjaga hutan mangrove, serta mengimplementasikannya dalam aksi nyata pada kehidupan.
Baca juga: Peneliti jelaskan dampak rusaknya mangrove untuk emisi karbon
Para ibu memainkan perannya di rumah melalui contoh langsung penerapan cinta alam dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan generasi muda perlu membangun karakter cinta alam melalui strategi internalisasi dalam materi pendidikan di sekolah.
Oleh karena itu, katanya, hal yang harus dilakukan, antara lain internalisasi materi konservasi mangrove dalam kurikulum pendidikan, penggunaan metode monolitik dengan pendidikan lingkungan hidup (PLH) sebagai salah satu muatan lokal sekolah, dan penggunaan metode integrasi, materi PLH dengan semua mata pelajaran.
Luas hutan mangrove di Indonesia mencapai 3,31 juta hektare (ha), menjadi terluas di dunia atau sekitar 20 persen luas mangrove dunia. Namun, 637.000 ha lahan tersebut kritis.
Pemerintah telah merehabilitasi mangrove seluas 17.000 ha di 2020 dan menargetkan 150.000 ha per tahun dapat dilakukan sejak 2021 hingga 2024. Beragam peran penting dan strategis mangrove membuat upaya perlindungan terhadap keberadaan dan fungsi hutan mangronve menjadi prioritas dengan pengelolaan yang tepat dan terpadu.
Peneliti Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Virni Budi Arifanti mengatakan dengan Indonesia mempunyai hutan mangrove terluas di dunia maka tanggung jawab atas kelestarian ekosistemnya penting dilakukan.
Hutan mangrove menjadi salah satu penyimpan karbon terbesar di Bumi sehingga penting menjaganya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) sekaligus mengurangi potensi bencana bagi masyarakat, terutama di wilayah pesisir dari dampak perubahan iklim seperti peningkatan air laut, gelombang tinggi, abrasi, erosi hingga kejadian alam tsunami yang dipicu gempa bumi.
Baca juga: Menteri Trenggono ingin masyarakat galakkan restorasi karang-mangrove
Baca juga: Berjibaku merestorasi mangrove di Suaka Margasatwa Muara Angke
Baca juga: BRGM: Generasi muda mitra penting restorasi gambut dan mangrove
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2021