UPT yang berada di bawah naungan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bandung itu mengelolanya dengan sistem biokonversi maggot.
Dalam satu hari, maggot mampu menghabiskan 2 kilogram sampah organik. Sehingga maggot yang dibudidayakan itu, dinilai mampu mengurai sampah organik secara cepat.
Namun dibalik pengelolaan sampah, maggot juga memiliki nilai ekonomis bagi sektor peternakan dan perkebunan. Masyarakat kini bisa mengurai sampah sekaligus juga memberi pakan ternak menggunakan maggot.
Koordinator UPT Pengelola dan Pemanfaatan Sampah (PPS) Puspa Jelekong Idan Sahidan mengatakan maggot memiliki manfaat sebagai alternatif pakan ternak ikan. Bahkan, kata Idan, kualitas maggot bagi pakan ikan cukup baik karena memiliki protein tinggi.
Idan menjelaskan, maggot yang digunakan sebagai pakan ikan yakni maggot yang sudah dikeringkan. Menurut Idan, warna tubuh ikan Koi, Lohan dan Arwana juga akan cenderung lebih cantik jika diberi pakan maggot.
"Jadi kita juga mengelola ternak, biaya pakannya bisa terminimalisir oleh maggot sendiri," kata Idan di Bandung, Jawa Barat, Kamis.
Menurutnya pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan juga telah mendorong untuk memberi pakan ikan dengan maggot untuk mengurangi penggunaan tepung untuk pakan ikan.
Idan mengatakan para peternak di lingkungan Kabupaten Bandung pun telah siap membeli maggot kering untuk pakan ikan. Namun menurutnya UPT Puspa Jelekong belum bisa secara 100 persen berubah menjadi produsen maggot untuk pakan ternak.
"Kalau di kami itu 100 persen atau 50 persen belum bisa dijual, kan siklusnya akan terputus, jadi masih fokus untuk budidaya dan penanganan sampah organik," kata Idan.
Kotoran maggot jadi pupuk organik
Selain menjadi pakan ikan, maggot pun berpotensi untuk meningkatkan kualitas tanaman. Idan mengatakan kotoran maggot yang merupakan uraian dari sampah organik itu menghasilkan kasgot (bekas kotoran maggot).
Menurut Idan, pupuk dari kasgot itu memiliki kualitas yang baik terhadap tanaman. Menurutnya kompos dari kasgot bisa dimanfaatkan dengan menggunakan polybag untuk tanaman seperti bunga dan tanaman hias lainnya.
"Kami sudah uji coba, dari akar, batang, daun, itu bagus kalau menggunakan kasgot," kata Idan.
Idan mengatakan pupuk dari maggot itu cukup berkualitas karena terdiri dari kotoran maggot itu sendiri yang berasal dari material organik. Sehingga kualitas NPK (kandungan unsur hara) pada pupuk maggot menurutnya dapat bersaing dengan pupuk lainnya.
"Kalau komposting itu menggunakan bakteri, kalau dengan biokonversi maggot itu sama maggot, jadi nilaI NPK nya itu sangat bagus," kata dia.
Memanfaatkan sampah dari pasar
UPT Puspa Jelekong sendiri memanfaatkan sampah organik dari Pasar Baleendah untuk menjadi pakan maggot. Hal itu pun sekaligus mengurai sampah agar tidak langsung dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA).
Dalam hal itu, pihaknya bekerja sama dengan UPT Pasar Baleendah untuk memilah-milah jenis sampah baik yang organik lunak, kasar, dan juga sampah anorganik. Sementara ini, sampah anorganik diolah untuk masuk ke bank sampah Puspa Jelekong.
"Hasil pilahan sampah anorganik, biasanya masuk seminggu sekali. Sedangkan organiknya hampir tiap hari, dan kami gunakan untuk pakan maggot," katanya.
Selain itu, UPT tersebut juga mengelola sampah dari 6 RW di Kelurahan Jelekong, yang mencapai 3 sampai 4 meter kubik atau 2,8 ton per hari.
"Sampah semi residunya, kita proses peuyeumisasi. Sedangkan full residunya kita masih buang ke TPA Sarimukti 2 hari sekali. Kita sempat zero waste saat ada incinerator, tapi sekarang mesinnya dalam perbaikan," kata dia.
Pengelolaan sampah dapat menghemat anggaran
Setiap orang di wilayah Bandung Raya setiap harinya rata-rata menimbulkan sampah sebanyak 0,35 kilogram. Dengan jumlah penduduk sekitar 3,6 jiwa, Kabupaten Bandung diperkirakan menimbulkan sampah sebesar kurang lebih 1.321 per hari.
Selain itu, biaya operasional pengangkutan sampah ke TPA bisa mencapai 1 juta per armada per hari. Jika dikalkulasikan 270 desa dan 10 kelurahan di 31 kecamatan di Kabupaten Bandung, maka akan menghabiskan anggaran yang cukup besar.
Untuk itu, Idan berharap, biokonversi maggot ini bisa menular juga ke wilayah lainnya. Karena maggot dapat menanggulangi sampah organik secara cepat di Kabupaten Bandung.
"Sampah bagi kami adalah mutiara terpendam. Jika dikelola dengan baik akan menjadi sumber ilmu dan sumber ekonomi," pungkas Idan.
Pemerintah Kabupaten Bandung sendiri telah membentuk 306 kader bersih sampah yang bakal memberikan edukasi kepada masyarakat di lingkungannya masing-masing tentang pentingnya pengelolaan sampah.
Bupati Bandung Dadang Supriatna mengatakan masalah pelestarian lingkungan, termasuk dalam pengelolaan sampah, bukan lah hal yang sepele karena menyangkut nasib generasi mendatang.
“Ini sangat mendukung Pemkab Bandung dalam program-program penanganan sampah. Tentunya ini bisa mewujudkan harapan masyarakat akan lingkungan yang sehat, lestari dan bebas dari sampah yang berserakan,” kata Dadang Supriatna.
Pewarta: Bagus Ahmad Rizaldi
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2021