"Ada pilar mendorong digitalisasi dan penguatan Infrastruktur Pasar Keuangan (IPK), inisiatifnya ada trading venue/BI-ETP yang akan kita ganti jadi BI APS,
kemudian central counterparty," kata Direktur Eksekutif Kepala Departemen Pengembangan Pasar Keuangan Bank Indonesia, Donny Hutabarat saat taklimat media daring, Jumat.
Donny menjelaskan central counterparty merupakan sebuah lembaga yang merupakan tuntutan global untuk membuat derivatif di Indonesia menjadi lebih aman. Nantinya resiko derivatif akan diserap oleh central counterpartydan akan dibangun pada 2021 ini. Kemudian BI-SSSS dan I-RTGS yang akan di-upgrade menjadi infrastruktur berstandar internasional dan mendukung layer-layer infrastruktur pasar keuangan.
Baca juga: BI kembangkan repo dan DNDF percepat pengembangan pasar uang
"Terakhir trade repository yang merupakan bagian agenda G20, lembaga yang mengelola dan menyimpan seluruh transaksi derivatif di Indonesia dan menjadi bagian dari upaya menjaga stabilitas pasar keuangan kita," ujar Donny.
Kemudian pilar kedua adalah meningkatkan efektivitas transimis kebijakan moneter dengan inisiatifnya mengembangkan instrumen repurchase agreement (repo) dan domestic non-delverable forward (DNDF) yang menjadi prioritas di 2021-2022.
"Dengan mengembangkan repo ini tentunya juga akan berdampak positif kepada fiskal dan penerbitan pasar SBN itu sendiri," jelasnya.
Insiatif pada pilar dua selanjutnya adalah IndONIA dan JIBOR yang merupakan standarisasi bench mark di Indonesia guna membuat referensi harga yang kredibel. Lalu, Overnight Index Swap yang merupakan bagian dari transaksi derivatif suka bunga untuk hedging suku bunga yang juga tengah dikembangkan oleh BI. Inisiatif terkahir adalah Local Currency Settelment sebagai upaya mendorong penggunaan mata uang lokal menjadi settelment dalam kegiatan perdagangan dan investasi dengan negara mitra.
Sedangkan pilar ketiga adalah mengembangkan sumber pembiayaan ekonomi dan pengelolaan risiko. Donny menyebutkan ada empat inisiatif pada pilar terakhir, yakni instrumen lindung nilai jangka panjang, sustainabilty dan green financing, mengembangkan investor retail, dan sekuritisasi aset.
"Stabilitas yang kita capai saat pandemi, investor retail menjadi pahlawan karena begitu besarnya pertumbuhan invstor retail. Sehingga ketika invstor asing keluar,
investor retail dapat menggantikan," ungkap dia.
Baca juga: BI: Pertumbuhan uang beredar Mei melambat, capai Rp6.994,9 triliun
Bank Indonesia mengeluarkan Blueprint Pengembangan Pasar Uang (BPPU) 2025 sebagai upaya membangun pasar uang modern dan maju di era digital. BPPU 2025 memiliki lima visi, yakni membangun pasar uang modern dan maju untuk mendukung pembiayan nasional dan efektivitas transmisi kebijakan moneter serta stabilitas keuangan. Kedua, mengembangkan produk, pricing dan pelaku pasar yang variatif, likuid, efisien, transparan dan berintegritas.
Visi ketiga, memperkuat infrastruktur pasar uang yang andal, efisien, aman, dan terintegrasi. Empat, mengembangkan data dan digitalisasi yang memiliki fitur granular,
real-time, dan aman. Serta visi kelima adalah mewujudkan regulatory framework dengan karakteristik yang agile, industry-firendly, inovatif, dan memenuhi kaidah
internasional.
Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2021