"Para pejabat dan elite negeri, dari pusat sampai daerah, juga penting menyatukan sikap dan langkah, disertai keteladanan dalam menegakkan protokol kesehatan dan tidak memberi angin kepada warga yang membuat semuanya menjadi longgar dan lalai," ujar Haedar dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat.
Haedar mengatakan inkonsistensi akan membuat langkah penanganan COVID-19 menjadi maju mundur atau fluktuatif, yang akhirnya membuat kondisi bisa tidak terkendali.
Bercermin pada kasus pascalibur Lebaran yang diiringi munculnya sejumlah varian virus corona, berdampak pada angka penularan yang tinggi akhir-akhir ini. Angka penularan COVID-19 menyentuh kenaikan tertinggi pada Kamis (24/6) sebanyak 20.574 kasus terkonfirmasi positif.
Maka dari itu, menurut dia, perlu ada langkah bersama yang serius dari setiap komponen masyarakat untuk menghentikan laju penularan yang tinggi.
"Bila prihatin dengan keadaan, maka semua pihak mestinya semakin waspada, seksama dan berusaha seoptimal mungkin dalam mengatasi keadaan pandemi dengan total dan simultan," katanya.
Tak hanya itu, Haedar juga meminta para elite untuk tidak melontarkan atau memproduksi ujaran, pernyataan dan apapun yang menegasikan virus corona penyebab COVID-19 dan usaha vaksinasi serta menimbulkan kontroversi.
Menurutnya, sikap empati dan simpati dari semua warga dan elite bangsa terhadap kondisi rumah sakit dan nasib dokter dan tenaga kesehatan sangatlah diperlukan.
“Kasihan rakyat kecil yang semakin berat menghadapi keadaan akibat COVID, juga para tenaga kesehatan di garda depan dan menjadi benteng terakhir dalam mengatasi pandemi. Kasus yang meningkat semakin menambah berat tugas para dokter, tenaga kesehatan, dan pihak rumah sakit maupun para petugas yang menangani COVID-19," kata dia.
Di sisi lain, ia mengimbau masyarakat untuk semakin mempertebal kewaspadaan dengan terus disiplin menerapkan protokol kesehatan dan mengikuti setiap instruksi penanganan pandemi, baik dari pemerintah maupun tokoh agama.
"Masalah pandemi ini menyangkut keselamatan jiwa bersama, bukan lagi urusan kelompok atau orang per orang. Satu saja di antara warga lalai, abai, ceroboh dan nekad maka berpengaruh terhadap yang lainnya," kata dia.
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2021