Anggota Komisi VII DPR Dyah Roro Esti mendorong adanya aksi iklim secara global guna menuju target nol emisi karbon (net zero emission).Saya rasa kerja sama kolektif menuju ke arah itu sangat penting sehingga dengan sendirinya akan mengubah cara kita menjalankan bisnis, mendorong ekonomi sirkular dan bagaimana kita dapat memperoleh pertumbuhan ekonomi melalui sistem yang tergolong le
Menurut dia, dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu, target tersebut memerlukan kerja sama dari semua pihak untuk berkomitmen dan bekerja sama mewujudkannya.
"Saya rasa kerja sama kolektif menuju ke arah itu sangat penting sehingga dengan sendirinya akan mengubah cara kita menjalankan bisnis, mendorong ekonomi sirkular dan bagaimana kita dapat memperoleh pertumbuhan ekonomi melalui sistem yang tergolong lebih baik bagi lingkungan," ujar Roro Esti dalam Tri Hita Karana High-Level Climate Forum dengan tema "Aligning Climate Action On Road to Net Zero Emission", yang digelar secara virtual, Kamis (24/6).
Anggota parlemen muda ini juga mengingatkan semua pihak untuk bersama-sama bekerja sama atau gotong royong lintas sektor dan industri serta memastikan semua pihak memiliki visi yang sama untuk mewujudkan target tersebut.
Dalam forum ini, Roro Esti, yang menjadi satu-satunya anggota parlemen yang hadir, mengapresiasi komitmen lintas sektoral dan lembaga terhadap pembangunan keberlanjutan.
Forum strategis tersebut dihadiri Luhut Panjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI; John Kerry, US Special Presidential Envoy for Climate; Mari Pangestu, Managing Director of Development Policy and Partnerships World Bank; dan Jeffrey Sachs, President United Nation Sustainable Development Solutions Network.
Hadir pula Arifin Tasrif, Menteri ESDM; Suharso Monoarfa, Menteri PPN/Kepala Bappenas; Mahendra Siregar, Wakil Menteri Luar Negeri; Alue Dohong, Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan; Dyah Roro Esti, Anggota DPR RI; Satya Widya Yudha, Anggota DEN RI; dan stakeholder penting lainnya, yang memiliki andil dalam climate action di Indonesia.
Dalam paparannya, Roro Esti menekankan perubahan iklim adalah hal yang nyata dengan dampaknya telah dirasakan di penjuru dunia, termasuk Indonesia.
"Maka, setiap individu mempunyai peran penting untuk memitigasi fenomena tersebut," ujarnya.
Politisi Golkar ini juga fokus agar Indonesia merealisasikan target Nationally Determined Contributions (NDC), yaitu mengurangi gas rumah kaca sebesar 29 persen pada 2030 sesuai amanat UU No 16 Tahun 2016.
Roro Esti mengatakan sektor energi merupakan salah satu kontributor gas rumah kaca terbesar, sehingga RUU Energi Baru dan Terbarukan (EBT) yang tengah dibahas di DPR, diharapkan mampu membantu merealisasikan target tersebut.
Menurut dia, RUU tersebut akan membantu membuat energi terbarukan lebih kompetitif di pasar energi nasional.
RUU itu akan mencakup hal-hal seperti penetapan pajak karbon, skema carbon trading, dan mekanisme insentif lainnya yang diharapkan tidak hanya memudahkan transisi energi untuk memenuhi target NDC termasuk 23 persen energi terbarukan pada 2025, tetapi juga merupakan kesempatan untuk bertransisi ke ekonomi hijau.
"Dengan demikian, juga membuka pintu investasi asing langsung dan pada gilirannya menciptakan peluang pekerjaan baru yang green jobs," tambahnya.
Sebagai upaya untuk mendorong transisi energi, Roro Esti turut pula menegaskan peran penting teknologi seperti penangkapan dan penyimpanan karbon atau carbon capture and storage, baterai untuk kendaraan listrik, hingga teknologi energi terbarukan yang perlu diterapkan di Indonesia.
Adapun target net zero emissions, yang sedang digaungkan dunia, berfokus pada karbon negatif, artinya emisi yang diproduksi manusia bisa diserap sepenuhnya oleh alam, sehingga tak ada yang menguap hingga ke atmosfer.
Net zero emission juga menitikberatkan semua emisi gas rumah kaca yang bukan secara alamiah dihasilkan manusia dihentikan produksinya melalui langkah-langkah pengurangan, sehingga dapat mewujudkan sustainability dan iklim yang bersih di bumi.
Hal ini merupakan cita-cita semua negara yang dinegosiasikan lebih dari seperempat abad lalu hingga saat ini di bawah naungan Konvensi Perubahan Iklim PBB (United Nations Convention on Climate Change/UNFCCC).
UNFCCC bersidang setiap tahun melalui Committee on Parties (COP) dan pada 2021, COP ke-26 akan diselenggarakan di Glasgow, Inggris Raya.
Baca juga: Luhut: Indonesia - AS kerja sama capai nol emisi karbon
Baca juga: Menteri ESDM paparkan strategi RI capai netral karbon ke Menteri Ceko
Baca juga: Peneliti jelaskan dampak rusaknya mangrove untuk emisi karbon
Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2021