• Beranda
  • Berita
  • Pansus COVID-19: Yogyakarta mesti gerak lebih cepat tangani kasus

Pansus COVID-19: Yogyakarta mesti gerak lebih cepat tangani kasus

27 Juni 2021 14:22 WIB
Pansus COVID-19: Yogyakarta mesti gerak lebih cepat tangani kasus
Pekerja mempersiapkan fasilitas rumah sakit khusus ibu bersalin positif COVID-19 di Klinik Permata Bhakti, Moyudan, Sleman, D.I Yogyakarta, Jumat (5/2/2021). Pemprov D.I Yogyakarta menyiapkan klinik yang sudah tidak beroperasi sejak satu tahun terakhir itu menjadi rumah sakit lapangan khusus untuk ibu bersalin positif COVID-19. ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/rwa.

Kebutuhan shelter atau rumah sakit lapangan di Yogyakarta sudah sangat mendesak karena temuan kasus terkonfirmasi positif COVID-19 semakin hari semakin meningkat

Panitia Khusus (Pansus) COVID-19 DPRD Kota Yogyakarta meminta pemerintah daerah setempat bergerak lebih cepat dengan mengeluarkan berbagai kebijakan darurat dalam penanganan COVID-19 karena penularan yang terjadi saat ini seperti alarm kegawatdaruatan yang harus segera direspons.

“Dalam kondisi seperti saat ini, perlu dilakukan sejumlah kebijakan yang lebih cepat dalam penanganan COVID-19. Kami merekomendasikan agar pemerintah bisa membuat rumah sakit lapangan dan mengalihfungsikan gedung pemerintah sebagai shelter penanganan pasien,” kata Ketua Pansus COVID-19 DPRD Kota Yogyakarta Antonius Fokki Ardiyanto di Yogyakarta, Minggu.

Menurut dia, kebutuhan shelter atau rumah sakit lapangan di Yogyakarta sudah sangat mendesak karena temuan kasus terkonfirmasi positif COVID-19 semakin hari semakin meningkat.

Kondisi tersebut menyebabkan bed occupancy rate (BOR) atau keterisian tempat tidur perawatan bagi pasien COVID-19 sudah maksimal, baik untuk perawatan di ruangan perawatan intensif (ICU) maupun di ruang isolasi padahal antrean pasien semakin menumpuk.

“Pada hari ini, beberapa rumah sakit bahkan menutup ICU karena keterbatasan ruangan dan tempat tidur,” katanya.

Selain itu, antrean pasien untuk masuk Shelter Tegalrejo, shelter utama untuk pasien COVID-19 di Yogyakarta, juga diketahui cukup banyak yaitu tercatat 36 pasien.

“Ketersediaan oksigen juga menipis, termasuk ventilator. Beberapa tenaga kesehatan juga ada yang terpapar COVID-19 sehingga harus menjalani isolasi mandiri,” katanya.

Selain meningkatkan kapasitas tempat pelayanan kesehatan, Fokki juga mendorong Pemerintah Kota Yogyakarta untuk meningkatkan target capaian vaksinasi COVID-19 agar segera terbentuk kekebalan komunitas.

“Salah satu hal yang juga diperlukan adalah keberadaan juru bicara COVID-19 yang memiliki pemahaman yang baik terhadap kondisi pandemi dan perkembangan kasus di Yogyakarta didukung dengan keilmuan yang tepat,” katanya.

Ia memastikan, kemampuan anggaran untuk penanganan COVID-19 masih cukup terlebih saat ini masih ditetapkan dalam status tanggap darurat.

Sebelumnya Ketua Harian Satgas Penanganan COVID-19 Yogyakarta Heroe Poerwadi mengatakan, sudah berkoordinasi dengan rumah sakit rujukan yang siap menambah 30 tempat tidur untuk penanganan pasien.

“Sedangkan untuk kebutuhan shelter, diupayakan tambahan di masing-masing wilayah dengan memanfaatkan Balai RW atau Balai RK,” katanya.

Pada Sabtu (26/6) terdapat tambahan 206 kasus baru COVID-19 di Kota Yogyakarta dengan 30 pasien sembuh atau selesai isolasi, dan dua pasien meninggal dunia. Total kasus aktif di Kota Yogyakarta tercatat 1.524 kasus dengan 1.521 pasien menjalani isolasi dan tiga rawat inap di rumah sakit.

Baca juga: Sultan HB X putuskan tutup sementara Wisata Keraton Yogyakarta

Baca juga: Yogyakarta optimalkan shelter di Balai RK/RW tangani pasien COVID-19

Baca juga: Pasien positif COVID-19 di DIY bertambah 694 orang

Baca juga: Personel tim pemakaman BPBD Yogyakarta terpapar COVID-19 bertambah

 

Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2021