Perusahaan pelopor dan agregator voucher diskon digital PT Trimegah Karya Pratama Tbk atau Ultra Voucher melepas maksimal 25 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh atau maksimal 500 juta lembar saham melalui penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI).Industri voucher, termasuk voucher digital, terus bertumbuh dari tahun ke tahun seiring perubahan pola transaksi masyarakat yang lebih ke arah digital
Direktur Utama PT Trimegah Karya Pratama Hady Kuswanto mengatakan IPO merupakan salah satu langkah strategis untuk memperkuat bisnis di industri voucher.
Industri voucher, termasuk voucher digital, terus bertumbuh dari tahun ke tahun seiring perubahan pola transaksi masyarakat yang lebih ke arah digital.
"Kami bersyukur, sebagai perusahaan pelopor dan agregator voucher diskon digital di Indonesia, momentum saat ini kami nilai adalah waktu yang tepat untuk melakukan penawaran umum perdana saham. Hal ini seiring adanya perubahan pola transaksi masyarakat ke arah digital akibat pandemi COVID-19. Kami optimistis kehadiran Ultra Voucher di pasar modal Indonesia akan memperkenalkan industri voucher sekaligus memperkuat fundamental bisnis kami tentunya," ujar Hadi dalam pernyataan di Jakarta, Selasa.
Adapun harga yang ditawarkan di rentang Rp100 per saham hingga Rp130 per saham. Dengan demikian dana yang akan terkumpul ditargetkan sebesar Rp50 miliar sampai Rp65 miliar. Ultra Voucher telah menunjuk PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia sebagai join lead underwriters (JLU) atau penjamin pelaksana emisi efek bersama PT NH Korindo Sekuritas Indonesia dan PT Surya Fajar Sekuritas.
Secara bersamaan, Ultra Voucher juga akan menerbitkan 250 juta Waran Seri I yang menyertai saham baru perseroan atau sebanyak-banyaknya 16,67 persen. Waran Seri I diberikan secara cuma-cuma sebagai insentif bagi para pemegang saham baru yang namanya tercatat dalam daftar pemegang saham pada tanggal penjatahan dengan ketentuan setiap pemegang dua saham maka berhak memperoleh satu Waran Seri I.
Hadi menjelaskan sebagai perusahaan berbasis teknologi digital, prospek industri voucher termasuk voucher digital terus bertumbuh dari tahun ke tahun seiring pertumbuhan populasi penduduk yang mendongkrak transaksi ritel dan restoran di Indonesia.
Menurut laporan dari SEA E-conomy 2020 (Google, Temasek, Bain & Company), terdapat 37 persen dari total pengguna layanan digital merupakan pengguna baru, dengan 93 persen dari mereka berniat untuk melanjutkan aktivitas atau perilaku tersebut setelah pandemi berakhir. Hingga 2025, nilai ekonomi digital di Indonesia secara keseluruhan diperkirakan mencapai 124 miliar dolar AS, dengan peningkatan cumulative annual growth rate (CAGR) sekitar 23 persen.
"Berdasarkan data tersebut, diperkirakan bahwa industri voucher khususnya voucher digital akan meningkat pada tahun-tahun mendatang. Untuk itulah, Ultra Voucher berencana untuk melakukan ekspansi ke tempat-tempat ritel yang mudah dijangkau oleh masyarakat, demi mendukung rencana ekspansi ini, Ultra Voucher mengambil langkah strategis salah satunya dengan IPO," kata Hadi.
Chief Operating Officer UltraVoucher Riky Boy Permata mengungkapkan Ultra Voucher juga termasuk sebuah aplikasi dan fitur pelengkap atau pendukung dari berbagai platform, perusahaan dan bank digital. Secara fundamental, bisnis Ultra Voucher menunjukkan performa positif, sepanjang 2020, laba bersih tahun berjalan tercatat melonjak 408,9 persen. Per Maret 2021, laba tahun berjalan tercatat Rp543,49 juta dengan total penjualan Rp194,48 miliar.
Per Desember 2020, total downloader aplikasi Ultra Voucher sudah lebih dari 200.000 baik di perangkat Android maupun iOS. Di mana terdapat lebih dari 10.000 pengguna yang melakukan transaksi setiap bulannya. Saat ini, Ultra Voucher telah menjalin kerja sama dengan 300 brand dan lebih dari 40.000 outlet di seluruh Indonesia.
"Pandemi tentunya masih menjadi tantangan yang dihadapi semua sektor usaha. Tetapi, kami yakin Ultra Voucher akan terus berupaya menunjukkan performa bisnis yang positif melalui inovasi dan ekspansi yang terukur," ujar Riky.
Riky menambahkan dana hasil IPO akan digunakan untuk meningkatkan fundamental bisnis perseroan, yakni sekitar 36 persen untuk belanja modal termasuk pengembangan produk dan fitur, 34 persen untuk beban operasional termasuk penambahan sumber daya manusia, software, channel distribusi, dan 30 persen untuk peningkatan modal kerja termasuk pembelian persediaan voucher.
Direktur PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Mukti Wibowo Kamihadi mengatakan, bisnis voucher diskon digital yang dijalankan Ultra Voucher merupakan bentuk bisnis yang memiliki potensi berkembang lebih luas karena bergerak dalam kebutuhan sehari-sehari masyarakat. Terlebih lagi, penggunaan voucher diskon secara digital jauh lebih efisien dan hemat serta lebih terjamin dalam waktu kadaluarsa dari voucher tersebut.
"Kami optimis, saham IPO Ultra Voucher ini sangat menarik untuk investor dan akan menguntungkan tentunya. Selain pemanfaatan dana IPO yang akan digunakan untuk penguatan modal juga perluasan pasar menjadi daya tarik tersendiri bagi para investor pasar modal," ujar Mukti.
Berdasarkan prospektus, pencatatan saham di bursa atau listing day atas penawaran umum perdana saham Ultra Voucher di BEI rencananya pada 23 Juli 2021 mendatang. Masa penawaran awal atau bookbuilding 29 Juni-6 Juli 2021, tanggal efektif 13 Juli 2021, masa penawaran umum perdana saham 15-21 Juli 2021, penjatahan 21 Juli 2021, distribusi 22 Juli 2021, perdagangan waran seri I di pasar regular dan negosiasi 23 Juli 2021-18 Juli 2023, masa perdagangan waran seri I di pasar tunai 23 Juli 2021-20 Juli 2023, periode pelaksanaan waran seri I pada 25 Januari 2022-21 Juli 2023, dan akhir masa berlakunya waran seri I pada 21 Juli 2023.
"Semua schedule ini masih fleksibel, disesuaikan dengan ketentuan dari Otoritas Jasa Keuangan," ujar Mukti.
Baca juga: BEI dukung perusahaan teknologi dan startup melantai di bursa
Baca juga: BEI: Meski pandemi, 51 perusahaan catatkan saham di bursa
Baca juga: Erick Thohir targetkan 10 BUMN melantai di bursa hingga 2023
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021