• Beranda
  • Berita
  • EU jadikan terapi antibodi dan artritis sebagai obat pilihan COVID-19

EU jadikan terapi antibodi dan artritis sebagai obat pilihan COVID-19

30 Juni 2021 16:02 WIB
EU jadikan terapi antibodi dan artritis sebagai obat pilihan COVID-19
Para pemimpin Uni Eropa bertemu di Brussels, Belgia, Jumat (25/6/2021). REUTERS/Johanna Geron/Pool/hp/cfo
Komisi Eropa pada Selasa (29/6) menjadikan empat terapi antibodi dan obat reumatoid artritis yang kembali digunakan oleh Eli Lilly untuk portofolio awal obat pilihan pengobatan COVID-19.

Seleksi obat tersebut merupakan bagian dari Strategi Terapi COVID-19 Uni Eropa, yang diluncurkan pada Mei, untuk mempercepat persetujuan EU serta untuk rencana pengadaan bersama atas nama para negara anggota. Penyeleksian itu menyempurnakan upaya mengadakan vaksin yang lebih canggih. 

Pilihan komisi untuk terapi yang paling menjanjikan itu terdiri atas Olumiant Eli Lilly dan Incyte untuk pasien COVID-19 rumah sakit yang dirawat dengan oksigen, serta obat antibodi baru untuk penyakit tahap awal yang dikembangkan oleh Regeneron, Eli Lilly, Celltrion, dan aliansi GlaxoSmithKline serta mitra Vir.

Pada Selasa, komisi kembali menegaskan akan menyusun portofolio dari sedikitnya 10 terapi COVID-19 potensial.

Badan Pengawas Obat Eropa (EMA) merekomendasikan obat antibodi GSK, Celltrion, Eli Lilly, dan Regeneron digunakan pada pasien tahap awal yang berisiko mengalami COVID-19 parah guna mendukung penggunaan apa pun oleh setiap negara anggota. Otorisasi pemasaran Uni Eropa belum diberikan.

Guna menambah akses ke obat tersebut, Uni Eropa menuturkan akan berinvestasi lebih banyak untuk menggenjot produksi.

Sebagai bagian dari rencana itu, pihaknya berencana memfasilitasi kemitraan di antara perusahaan farmasi agar segera mengatasi kemungkinan rintangan dalam rantai pasokan.

"Acara perjodohan industri" pertama terapi akan diadakan pada 12-13 Juli, menurut Komisi, Selasa.

Satu-satunya obat COVID-19 yang sejauh ini disetujui di seluruh Uni Eropa yakni remdesivir produksi Gilead, yang dibeli oleh Uni Eropa melalui pengadaan bersama --persis sebelum Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa obat tersebut tidak efektif pada pasien COVID-19 parah.

Sumber: Reuters

Baca juga: EU: AstraZeneca punya profile risiko-manfaat baik di atas usia 60

Baca juga: WHO keluarkan peringatan bagi Eropa sebelum perjalanan musim panas

​​​​​​​
Baca juga: Italia akan hapuskan aturan wajib masker di luar ruangan mulai 28 Juni
 

Cegah COVID-19, nobar Piala Eropa dilarang

Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2021