• Beranda
  • Berita
  • Pasukan AS keluar dari pangkalan utama di Afghanistan

Pasukan AS keluar dari pangkalan utama di Afghanistan

2 Juli 2021 19:26 WIB
Pasukan AS keluar dari pangkalan utama di Afghanistan
Sejumlah personel kepolisian berjaga di sebuah titik pemeriksaan di Kota Kabul, Afghanistan, Senin (19/4/2021). Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengumumkan penarikan seluruh pasukan dari Afganistan pada 11 September mendatang, menandai 20 tahun serangan teroris bersejarah di World Trade Center di New York. ANTARA /REUTERS/Omar Sobhani/wsj.

Kami menganggap penarikan ini sebagai langkah positif

Pasukan Amerika ditarik keluar dari pangkalan militer utama mereka di Afghanistan pada Jumat.

"Semua tentara Amerika dan anggota pasukan NATO telah meninggalkan pangkalan udara Bagram," kata seorang pejabat senior keamanan AS yang tidak mau disebutkan namanya.

Meskipun beberapa pasukan masih belum ditarik dari pangkalan militer lain di Ibu Kota Kabul, penarikan tentara AS dari Bagram secara efektif mengakhiri perang terpanjang dalam sejarah Amerika, sejak pemboman Worth Trade Center pada 2001 oleh teroris.

Pangkalan yang berjarak satu jam perjalanan ke utara Kabul, adalah tempat militer AS mengoordinasikan perang udara dan dukungan logistiknya untuk seluruh misi Afghanistan. Taliban berterima kasih kepada mereka karena telah pergi.

Baca juga: Sedikitnya 11 tewas akibat ledakan ranjau darat di utara Afghanistan
Baca juga: Biden jajaki pertahankan pasukan kotraterorisme AS di Afghanistan


"Kami menganggap penarikan ini sebagai langkah positif. Warga Afghanistan bisa lebih dekat dengan stabilitas dan perdamaian dengan penarikan penuh pasukan asing," kata juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid kepada Reuters.

Sementara itu, warga Afghanistan lainnya lebih berhati-hati. Seorang penduduk Kabul, Javed Arman, mengatakan bahwa "Amerika harus meninggalkan Afghanistan dan harus ada perdamaian di negara ini."

"Kami berada dalam situasi yang sulit. Kebanyakan orang telah meninggalkan distrik mereka dan beberapa distrik telah jatuh. Tujuh distrik di provinsi Paktia telah jatuh dan sekarang berada di bawah kendali Taliban," ujar Arman.

Washington setuju untuk menarik diri dalam kesepakatan yang dinegosiasikan tahun lalu dengan Taliban di bawah pendahulu Presiden Joe Biden, Donald Trump.

Biden menolak saran dari para jenderal untuk bertahan sampai kesepakatan politik dapat dicapai antara pemberontak dan pemerintah Kabul yang didukung AS dari Presiden Ashraf Ghani.

"Orang-orang Afghanistan harus memutuskan masa depan mereka, apa yang mereka inginkan," kata Biden kepada Ghani, saat ia mengunjungi Washington pekan lalu.

Ghani mengatakan tugasnya sekarang adalah "mengelola konsekuensi" dari penarikan pasukan AS.

Sebagai imbalan atas penarikan pasukan AS, Taliban telah berjanji untuk tidak mengizinkan teroris internasional beroperasi dari tanah Afghanistan. Mereka membuat komitmen untuk berunding dengan pemerintah Afghanistan, tetapi perundingan yang dilakukan di Doha, Qatar, itu hanya mencatat sedikit kemajuan.

Dalam sebuah pernyataan, Kedutaan Besar AS di Afghanistan minggu ini mengatakan AS berkomitmen kuat untuk membantu Afghanistan dan akan memberikan bantuan keamanan sebesar 3 miliar dolar AS (sekitar Rp43,6 triliun) pada 2022.

"Kami mendesak diakhirinya kekerasan, menghormati hak asasi manusia semua warga Afghanistan, dan negosiasi yang serius di Doha agar perdamaian yang adil dan langgeng dapat dicapai," kata Kedutaan AS.

Taliban menolak untuk mengumumkan gencatan senjata. Tentara Afghanistan telah menyerah atau meninggalkan pos mereka. Kelompok-kelompok milisi yang berperang melawan Taliban sebelum Amerika tiba, mengangkat senjata untuk melawan mereka lagi.

Sumber: Reuters

Baca juga: Rundingan damai Afghanistan harus berlanjut kecuali Taliban tarik diri
Baca juga: Pasukan Afghanistan jadi korban terbanyak saat kekerasan meningkat

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2021