Sama dengan Suns, Bucks juga mengakhiri final wilayah dengan posisi akhir 4-2 setelah pada gim keenam mereka menamatkan perjalanan Atlanta Hawks dalam playoff dengan 118-107.
Kedua juara wilayah ini akan bertemu mulai Selasa malam waktu setempat atau Rabu pagi WIB pekan ini, guna menentukan siapa yang terbaik dalam Final NBA dan kompetisi bola basket profesional di Amerika Serikat itu.
Kedua tim sama-sama sudah menanti lama untuk sampai ke fase puncak kompetisi ini. Suns sudah 28 tahun menantikan sampai ke Final NBA sejak 1993. Tetapi penantian Bucks malah lebih lama lagi, sejak 1974.
Ketika pertarungan di antara mereka digelar, ada pertanyaan besar, apakah Bucks akan diperkuat oleh megabintangnya Giannis Antetokounmpo yang mengalami cedera lutut yang kian parah yang memaksanya tidak bisa tampil dalam dua gim terakhir laga final wilayah melawan Hawks.
Pertanyaan ini menjadi yang paling mengemuka menjelang pertemuan dengan Suns, sekalipun Bucks sukses merampas dua gim terakhir melawan Hawks tanpa kehadiran Antetokunmpo. Khris Middleton dan Jrue Holiday muncul menambal bolong tim yang ditinggalkan oleh Antetokounmpo.
"Kami akan memberikan update manakala waktunya tepat. Pembicaraan antara dia dan saya sendiri bersifat pribadi dan kami akan menunggu di mana dia berada setiap hari," kata pelatih Bucks Mike Budenholzer seperti dikutip AP.
Baca juga: Singkirkan Hawks, Bucks tantang Phoenix Suns pada Final NBA
Budenholzer sendiri terkesan atas daya tahan Bucks yang dua kali berturut-turut menang tanpa diperkuat Antetokounmpo, sang MVP dua kali. Ini menguatkan keyakinannya kepada kemampuan rosternya untuk melangkah lebih dari sekadar merasakan lagi atmosfer Final NBA.
Meskipun begitu, pengaruh dan dampak Antetokounmpo memang demikian instrumental bagi tim. Tidak hanya di dalam lapangan, di luar lapangan juga begitu. Gim keenam melawan Hawks adalah contoh aktualnya.
Dalam pertandingan yang menentukan perjalanan Bucks ke Final NBA itu, Antetokounmpo memang tidak bermain, namun dia ada di bangku cadangan. Tidak hanya duduk menyaksikan rekan-rekannya beraksi. Dia juga bolak balik berkomunikasi dengan rekan-rekan satu timnya di pinggir lapangan sampai-sampai Budenholzer khawatir tindak tanduknya membuat dia terkena technical foul.
Terbaik musim ini
Tanpa memegang bola pun dia berdampak luar biasa kepada timnya. Jrue Holiday mengakui hal ini. Dia merasakan omongan dan kehadiran Antetokounmpo begitu menginspirasi timnya sampai bisa melecut semangat mereka untuk menggebuk Hawks pada gim keenam itu.
"Giannis tak ada duanya. Kami semua sudah pasti menyaksikan talenta bola basketnya, tetapi sebagai sesama manusia dia orang yang tak ada duanya. Menurut saya, salah satu hal terbesar yang berhasil pada dua pertandingan terakhir adalah kami bermain demi dia, mendapatkan dukungan dari dia, dan menjaga benteng selagi dia absen karena cedera," kata Holiday, agak panjang.
Antetokounmpo memang faktor besar untuk Bucks, karena meskipun masih ada Khris Middleton dan Jrue Holiday, Bucks sebenarnya sangat berharap si megabintang siap melantai saat dribel pertama melawan Suns dalam final itu nanti. Salah satunya karena didasari keinginan menyempurnakan perjalanan playoff kali ini dengan status juara NBA alias terbaik di AS.
Baca juga: Tanpa bintang, Bucks ungguli Hawks 3-2 dalam final Wilayah Timur
Bucks sendiri sudah lima musim berturut-turut bertarung dalam playoff. Mereka tak berhasil masuk Final NBA dalam dua musim terakhir padahal menyandang status tim NBA bercatatan terbaik selama dua musim ini.
Dan walaupun musim ini tidak sebagus dua musim lalu, Bucks tetaplah tim elite NBA. Namun tentu saja mereka tak ingin berhenti dalam status seperti itu. Mereka ingin menuntaskan petualangan dengan cincin juara NBA yang baru sekali mereka kenakan pada 1971.
Tiga tahun setelah itu, pada 1974, mereka masuk lagi Final NBA. Mereka gagal setelah dihempaskan Boston Celtics 4-3. Dan ternyata diketahui kemudian sampai 47 tahun kemudian, 1974 adalah terakhir kali mereka menapaki Final NBA.
Musim ini Milwaukee Bucks memiliki catatan terbaik ketiga di Wilayah Timur, sedangkan Suns bercatatan terbaik kedua di Wilayah Barat. Suns juga sebenarnya terbaik kedua NBA setelah Utah Jazz.
Kedua tim sudah dua kali bertemu dalam musim reguler. Keduanya relatif imbang sekalipun keduanya dimenangkan Phoenix Suns. Dua pertemuan di antara mereka dalam musim reguler ini berakhir dengan skor tipis, hanya berselisih satu poin.
Kedua perbedaan tipis itu terjadi tercipta dari lemparan menentukan bintang muda Suns, Devin Booker. Dalam kedua laga ini, Bucks juga tidak diperkuat Giannis Antetokounmpo.
Baca juga: Giannis Antetokounmpo akhirnya bawa Bucks ke final Wilayah Timur
Mempersengit pertandingan
Kalau Milwaukee Bucks pernah menjuarai NBA pada 1971, Suns satu kali pun tidak pernah walaupun mereka pernah dua kali tampil dalam Final NBA pada 1993 dan 1976.
Kini Bucks berpeluang juara NBA untuk kedua kalinya, sebaliknya Suns berkesempatan berstatus juara NBA untuk pertama kalinya.
Pertarungan di antara kedua tim juga semakin panas karena semua pemain kedua tim sama-sama bernafsu merasakan gelar juara NBA karena tak ada satu pemain dari kedua tim ini yang pernah menjuarai NBA.
Jae Crowder yang pernah mencapai final NBA musim lalu bersama Miami Heat pun tidak. Baru musim lalu dia pindah ke Phoenix dalam bungkus kontrak tiga tahun.
“Saya sudah tahu potensi kami. Saya sudah tahu di mana kami bisa sampai, tingkat permainan yang bisa kami mainkan, manakala saya pertama kali tiba di sini. Saya baru tahu ini kelompok yang spesial. Saya tahu kami memiliki kesempatan melakukan hal yang spesial,” kata Crowder.
Suns memang mendapatkan peluang itu. Demikian pula dengan Bucks.
Baca juga: Phoenix Suns ke Final NBA setelah juarai Wilayah Barat
Tetapi pertemuan kedua tim juga berdampak besar kepada tim bola basket AS untuk Olimpiade Tokyo. Dari 12 pemain yang masuk tim AS untuk Olimpiade, tiga di antaranya, yakni Devin Booker dari Suns dan duo Milwaukee Khris Middleton dan Jrue Holiday, mesti bertanding sampai beberapa hari ke depan.
Gim ketujuh, jika Final NBA kali ini harus ditentukan sampai gim terakhir itu, semestinya dilangsungkan 22 Juli. Itu berarti sehari sebelum Olimpiade Tokyo dibuka pada 23 Juli, sedangkan tim basket AS sendiri mengawali kiprahnya 25 Juli melawan Prancis.
USA Basketball sudah menyiapkan langkah agar bisa tetap memainkan Booker, Middleton dan Holiday di Tokyo jika tim AS mesti pergi ke Tokyo pada saat Final NBA masih dilangsungkan.
“Saya kira satu opsi yang dipersiapkan adalah kami punya sembilan pemain untuk menghadapi pertadndingan pertama melawan Prancis. Itu skenario kasus terburuknya,” kata direktur pelaksana USA Basketball Jerry Colangelo seperti dikutip ESPN.
Persoalan jadwal Olimpiade ini tak membuat pusing baik Suns maupun Bucks. Mereka justru akan pusing jika gagal dalam puncak turnamen. Dan ini bisa menghadirkan dimensi lain yang mempersengit Final NBA ini.
Baca juga: Air mata bahagia Chris Paul penuhi dahaga Final NBA
Pewarta: Jafar M Sidik
Editor: Irwan Suhirwandi
Copyright © ANTARA 2021