Empat Jamaah Boyolali Pulang ke Pengungsian

23 November 2010 19:39 WIB
Empat Jamaah Boyolali Pulang ke Pengungsian
Ilustrasi kedatangan jemaah haji (FOTO ANTARA/Septianda Perda)
Boyolali (ANTARA News) - Empat anggota jamaah haji kelompok terbang 4 asal Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, akan pulang ke tempat pengungsian jika lokasi tempat tinggalnya di lereng Gunung Merapi masih membahayakan.

Siswa Gitun (46) bersama istrinya, Suprapti (46), asal Dukuh Sepi, Desa Jrakah, Selo dan Siswo Saimin (71) bersama istrinya, asal Dukuh Bakalan, Desa Klakah, Selo, Boyolali, tiba bersama rombongan kloter 4 di Bandara Adi Soemarmo Solo, Selasa, pukul 14.40 WIB.

Menurut Siswa Gitun, dirinya bersama istri belum tahu akan pulang ke mana. Dirinya akan kembali terlebih dulu ke rumahnya di Dukuh Sepi, tetapi jika kondisi tidak memungkinkan akan pindah ke tempat pengungsian.

Siswa Gitun mengakui, rumahnya di Dukuh Sepi yang berjarak sekitar empat kilometer dari puncak Merapi sangat berbahaya jika kondisi status gunung itu "awas".

Menurut dia, peristiwa meletusnya Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober 2010, dirinya diberi kabar oleh saudaranya. Dirinya saat bencana itu, berada di Mekah dan terus mengikuti perkembangan tentang anggota keluarganya di Dukuh Sepi.

"Istri saya terus menangis mendengar kabar itu. Saya bersama istri terus berdoa agar anggota keluarganya bersama warga sekitar Merapi diberikan keselamatan," kata Siswo.

Menurut dia, keluarganya saat kejadian mengungsi di GOR Pemda Boyolali. Mereka cerita dukuhnya sudah tertutup abu vulkanik tebal dan sebagian rumah rusak akibat bencana itu.

Sementara itu, keterlambatan kedatangan kloter 1 dan 2 asal Jepara masih menyisakan permasalahan dengan tidak terangkutnya 45 koper jamaah haji kloter 1 dan 12 koper kloter 2.

Sekretaris PPIH Surakarta Syarif Hidayat mengatakan telah berkoordinasi dengan pihak penerbangan Garuda Indonesia agar segera mengangkut barang-barang tersebut.

Namun, suasana duka juga menyelimuti Hj. Sutiyah binti Supani (47) asal Langon RT 05/ RW 03 Tahunan Jepara, lantaran suaminya H. Sukayat bin Tamsir ( 47) wafat sekitar pukul 03.20 WIB Selasa (23/11) saat dirawat di Rumah Sakit dr. Moewardi Solo, setelah mengalami komplikasi diabetes dan hipertensi.

Kondisi Sukayat yang tergabung kloter 1 saat turun dari pesawat terbang yang ditumpanginya, Senin (22/11) pukul 15.57 WIB sudah dalam keadaan tidak sadar dan langsung dirujuk ke RS Moewardi Solo.

Meskipun jamaah tersebut memperoleh perawatan secara intensif di rumah sakit tersebut, jiwanya tidak dapat tertolong. Saat ini jenazah telah dimakamkan di tempat asal Selasa siang.

(B018/A030/S026)


Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010