Keputusan tersebut diambil setelah ditemukan tiga kasus baru COVID-19 yang terjadi pada Minggu (4/7).
Lockdown tersebut merupakan keempat kalinya terjadi di Ruili selama musim pandemi COVID-19 sejak awal tahun lalu.
Di antara tiga kasus baru itu, dua terjadi pada warga negara China, sedangkan satunya lagi pada warga negara Myanmar, demikian laman resmi Komisi Kesehatan Provinsi Yunnan.
Baca juga: Kota Ruili di perbatasan China-Myanmar "lockdown"
Baca juga: Lockdown perbatasan China-Myanmar ancam bisnis berlian Rp21,9 triliun
Otoritas kesehatan setempat juga melaporkan adanya satu kasus tanpa gejala yang terjadi pada warga negara China yang baru pulang dari Indonesia.
Sebelumnya Provinsi Yunnan juga menerima lima kasus impor, masing-masing tiga dari Myanmar dan dua dari Indonesia.
Dengan lockdown tersebut, Ruili menutup pos perbatasannya.
Kader partai lokal dan personel militer dikerahkan ke wilayah perbatasan itu untuk mencegah keluar masuknya warga secara ilegal.
Sementara itu, seiring dengan dicabutnya status lockdown di Kota Guangzhou, Provinsi Guangdong, maka siapa pun yang hendak meninggalkan kota itu menuju kota-kota lain di China sudah tidak diwajibkan menunjukkan kartu hasil tes negatif PCR.
Beberapa pusat keramaian, seperti mal, bioskop, kafe, pertunjukan kesenian, dan tempat hiburan lain di Guangzhou dibuka dengan jumlah kunjungan maksimum 70 persen.
Sumber: Reuters
Baca juga: Pejabat publik di kota perbatasan China-Myanmar dipecat terkait COVID
Baca juga: China laporkan lonjakan terbesar harian COVID-19 dalam 2 bulan
Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2021