Desa seluas 44 hektar yang memiliki klinik dan langkah-langkah lain untuk memerangi virus itu akan secara resmi menyambut para atlet Selasa depan, tepat 10 hari sebelum upacara pembukaan Olimpiade, dan berfungsi sebagai basis mereka sampai tiga hari setelah penutupan Olimpiade pada 8 Agustus.
Tempat tersebut akan dibuka secara resmi untuk peserta Paralimpiade antara 17 Agustus hingga 8 September. Sekitar 18.000 atlet dan ofisial diperkirakan akan tinggal selama pertandingan.
Baca juga: Penyelenggara pamer kampung atlet sebulan jelang Olimpiade Tokyo
Sebagai tindakan pencegahan penyebaran virus corona, atlet Olimpiade perlu membatasi masa tinggal mereka di desa atlet seminimal mungkin dengan check-in lima hari sebelum kompetisi, dan atlet Paralimpiade tujuh hari sebelumnya. Mereka diharuskan meninggalkan desa dalam dua hari setelah pertandingan mereka.
Sebuah klinik, yang didirikan pada Mei, sebagai bagian dari upaya peningkatan melawan pandemi, akan menawarkan perawatan medis dan tes PCR untuk orang yang diduga terinfeksi virus corona. Warga desa diminta untuk menjalani tes COVID-19 setiap hari.
Baca juga: Kaisar Jepang khawatir Olimpiade bisa sebarkan COVID
Baca juga: Jepang pertimbangkan kewajiban penonton tunjukkan tes negatif COVID-19
Desa tersebut dikelilingi oleh laut di tiga sisi dan memungkinkan untuk melihat pemandangan Teluk Tokyo dan Jembatan Pelangi. Desa tersebut memiliki 21 bangunan tempat tinggal, dengan kamar-kamar yang dilengkapi dengan tempat tidur, pusat kebugaran dan pusat transportasi yang menyediakan bus menuju venue.
Fasilitas lainnya adalah ruang makan utama 24 jam, yang dapat menyediakan hingga 45.000 makanan setiap hari mulai dari masakan Jepang, barat, Asia, hingga halal, juga hidangan tradisional dan populer Jepang, termasuk tempura dan okonomiyaki.
Baca juga: Atlet Olimpiade wajib setujui pernyataan soal risiko fatal COVID-19
Baca juga: Jepang perpanjang darurat COVID-19 hingga sebulan jelang Olimpiade
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2021