Tantangan yang dimaksud berkaitan dengan kondisi pandemi COVID-19 yang masih melanda sehingga diperlukan kewaspadaan untuk menjaga kesehatan dan menerapkan protokol kesehatan.
"Olimpiade sekarang pasti berbeda dengan Rio 2016 karena kami sedang ada di situasi pandemi, jadi harus lebih hati-hati dan jaga kesehatan. Di sana nanti musuhnya tidak cuma lawan di lapangan tapi juga virus ini. Banyak lah yang akan berbeda," kata Ahsan, melalui rilis resmi PBSI, Rabu.
Baca juga: PBSI pastikan tim bulu tangkis Indonesia siap ke Olimpiade
Tokyo akan menjadi Olimpiade kedua yang diikuti The Daddies, dengan yang pertama dicatatkan pada Rio 2016. Namun sayangnya dalam ajang itu Hendra/Ahsan belum berhasil membawa pulang medali emas.
"Dari segi tekanan juga berbeda. Di 2016 kami sangat diandalkan tapi hasilnya malah kurang baik. Di tahun ini kami tidak terlalu diunggulkan, jadi kami berharap bisa main lebih lepas. Tapi tekanan tetap ada, mau dianggap seperti turnamen biasa juga tidak bisa karena ini Olimpiade," ujar Hendra menambahkan.
Pasangan yang bertitel unggulan kedua ini tidak akan terlalu berambisi dan ingin menjalani pertandingan satu per satu. Untuk target, mereka hanya ingin meraih medali dan berharap hasilnya bisa melebihi harapan di Tokyo.
Baca juga: PBSI belum puas dengan hasil turnamen simulasi Olimpiade Tokyo
Hendra/Ahsan akan membela Indonesia di bulu tangkis ganda putra bersama Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo. Juara Dunia 2013, 2015, dan 2019 ini mengungkap persiapan mereka menjelang keberangkatan.
"Persiapannya tinggal jaga kesehatan. Sudah banyak prosedur yang kami lewati. Kami sudah uji usap beberapa kali untuk persyaratan termasuk, syarat untuk terbang dan hasilnya negatif, yang penting sehat dulu," ujar Ahsan.
"Untuk latihan sekarang lebih banyak ke teknik, sekitar 90 persen. Latihan fisiknya sudah dikurangi karena mau berangkat," sambung Hendra.
Baca juga: Atlet bulu tangkis berangkat paling awal ke Olimpiade Tokyo
Baca juga: Pelepasan tim bulu tangkis Olimpiade Tokyo digelar secara daring
Pewarta: Roy Rosa Bachtiar
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2021