Kasus COVID-19 di Inggris telah meningkat empat kali lipat dalam sebulan sejak awal Juni, kata sebuah penelitian Kamis, jelang rencana pemerintah membuka kembali sektor ekonomi dalam dua pekan.Tingkat pergaulan pria dan wanita sepertinya jadi penentu,
Perdana Menteri Boris Johnson berencana mengakhiri pembatasan pada 19 Juli, meski data menunjukkan kasus infeksi terus meningkat.
Dia mengatakan dirinya memahami bakal ada lebih banyak kematian akibat COVID-19, namun kehidupan perlu kembali normal.
Baca juga: Aturan COVID-19 cegah suporter dari Denmark hadiri semifinal Euro 2020
Baca juga: Data COVID-19 Inggris tampak "sangat positif" untuk cabut "lockdown"
Penelitian itu, salah satu riset terbesar di Inggris, melibatkan 47.000 orang dan berlangsung pada 24 Juni-5 Juli.
Riset menunjukkan prevalensi nasional mencapai 0,59 persen atau 1 dari 170 orang, dibanding 0,15% pada periode akhir Mei-awal Juni.
"Sangat sulit membuat argumen, berdasarkan data yang kami peroleh, bahwa ini hal yang bagus untuk membuka lebih cepat (sektor ekonomi)," kata Steven Riley, profesor dinamika penyakit menular dari Imperial College London, kepada pers.
Pemerintah harus mempertimbangkan faktor-faktor non-epidemiologis lainnya sebelum mengambil keputusan, tambah Riley.
Riset juga menemukan bahwa pada kelompok usia di bawah 65, tingkat penularan tiga kali lebih rendah pada orang yang telah divaksin penuh ketimbang yang tidak divaksin. Hasil itu menunjukkan pentingnya vaksinasi untuk mengurangi jumlah kasus.
Tidak ditemukan bukti gelaran Euro 2020 telah memicu kenaikan kasus, kata Riley. Namun, wanita memiliki peluang tertular 30 persen lebih rendah daripada pria, yang kemungkinan besar disebabkan oleh perbedaan pola pergaulan.
"Tingkat pergaulan pria dan wanita sepertinya jadi penentu," kata Riley.
Kekhawatiran terhadap perhelatan Euro 2020 di Stadion Wembley London tidak sepenting kenaikan kasus penularan di ruang tertutup yang terjadi di seluruh negeri.
"Sepertinya menonton sepak bola membuat pria memiliki lebih banyak aktivitas sosial daripada sebelumnya."
Sumber: Reuters
Baca juga: Inggris akan lacak varian COVID dengan pengurutan genom global
Baca juga: Warga Inggris tervaksin dari negara "daftar kuning" bebas karantina
Pewarta: Anton Santoso
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2021