• Beranda
  • Berita
  • Harga minyak naik lebih dari dua persen setelah persediaan AS turun

Harga minyak naik lebih dari dua persen setelah persediaan AS turun

10 Juli 2021 06:15 WIB
Harga minyak naik lebih dari dua persen setelah persediaan AS turun
Sebuah kapal tanker bermuatan bahan bakar minyak sandar di dermaga pelabuhan PT Pertamina (Persero), Dumai, Riau, Jumat (11/1/2019). ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid/wsj.

Laporan persediaan EIA yang bullish membantu pasar minyak rebound ke wilayah positif

Harga minyak naik untuk hari kedua berturut-turut pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), karena pasar bereaksi terhadap penurunan persediaan AS, dan tanda-tanda permintaan Asia yang kuat dari China dan India menambah dukungan bagi emas hitam.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September menetap 1,93 persen atau 1,43 dolar AS lebih tinggi, menjadi 75,55 dolar AS per barel. Kontrak berjangka minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Agustus terangkat 2,22 persen atau 1,62 dolar AS, menjadi ditutup di 74,56 dolar AS per barel.

Harga di kedua sisi Atlantik berada di jalur penurunan mingguan hampir satu persen, terseret oleh gagalnya pembicaraan produksi antara Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, yang bersama-sama dikenal sebagai OPEC+.

Untuk minggu ini, harga acuan minyak mentah AS turun 0,84 persen dan minyak mentah Brent turun 0,80 persen.

Baca juga: Harga minyak naik ditopang penurunan persediaan bahan bakar AS

Persediaan minyak mentah dan bensin AS turun serta permintaan bensin mencapai level tertinggi sejak 2019, Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan pada Kamis (8/7/2021), menandakan peningkatan kekuatan dalam perekonomian.

Persediaan minyak mentah AS turun 6,9 juta barel selama pekan yang berakhir 2 Juli, EIA mengatakan dalam sebuah laporannya. Laporan EIA juga menunjukkan total persediaan bensin turun 6,1 juta barel pekan lalu dan sekitar 2,0 persen di bawah rata-rata lima tahun untuk tahun ini.

"Laporan persediaan EIA yang bullish membantu pasar minyak rebound ke wilayah positif," kata Stephen Brennock dari broker minyak PVM, dikutip dari Reuters.

"Jelas, pasar minyak AS ketat. Namun ... satu-satunya cara untuk mencegah kerugian lebih lanjut adalah menahan ancaman perang harga OPEC+," tambahnya.

Kenaikan harga minyak dibatasi oleh kekhawatiran bahwa anggota kelompok OPEC+ dapat tergoda untuk mengabaikan batas produksi yang telah mereka ikuti selama pandemi COVID-19, dengan pembicaraan terhenti karena kebuntuan antara produsen utama Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. .

Dua sekutu Teluk OPEC berselisih mengenai usulan kesepakatan yang akan membawa lebih banyak minyak ke pasar.

Rusia berusaha menengahi dalam upaya mencapai kesepakatan guna meningkatkan produksi, sumber OPEC+ mengatakan pada Rabu (7/7/2021). Amerika Serikat melakukan percakapan tingkat tinggi dengan para pejabat di Arab Saudi dan UEA, Gedung Putih mengatakan pada Selasa (6/7/2021).

"Perang harga hampir selalu belangsung singkat – tidak ada yang menang dalam jangka panjang," kata konsultan Rystad Energy dalam sebuah catatan.

"Adalah kepentingan kelompok (OPEC+) untuk memberikan kelonggaran kepada UEA dan pemasok lainnya untuk menghasilkan sedikit lebih banyak dalam kerangka kesepakatan."

Penyebaran global varian virus corona Delta dan kekhawatirannya dapat menghambat pemulihan ekonomi di seluruh dunia juga membebani harga minyak.

Baca juga: Emas "rebound" didukung melemahnya dolar dan kekhawatiran varian Delta
Baca juga: Wall Street dibuka naik setelah aksi jual

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021