Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini mengatakan program co-firing PLTU batu bara itu adalah bentuk komitmen perseroan untuk mendukung pemerintah dalam mencapai target 23 persen baruran energi baru terbarukan pada 2025.
"Melalui kerja sama ini, PLN mengharapkan sebagian besar kebutuhan biomassa dapat dipenuhi oleh Perhutani dan PTPN sesuai dengan area kerja dan kewenangan yang posisinya terjangkau dari PLTU yang masuk ke dalam program co-firing," kata Zulkifli Zaini dalam konferensi pers virtual yang dipantau di Jakarta, Jumat.
Baca juga: Biomassa punya potensi yang menjanjikan untuk menghasilkan energi
PLN memiliki dua skema tahapan untuk mengembangkan program co-firing biomassa PLTU batu bara.
Tahap pertama berupa kerja sama penyediaan produk biomassa. PLN sebagai offtaker dan Perhutani serta Perkebunan Nusantara III sebagai pemasok yang akan dimulai pada triwulan IV 2021.
Selanjutnya tahapan kedua adalah kerja sama pengembangan industri biomassa yang diinisiasi pada triwulan I 2021.
Zulkifli menjelaskan inti kedua tahapan itu untuk mendukung program co-firing di 52 lokasi PLTU batu bara yang tersebar di seluruh Indonesia dengan total kebutuhan biomassa mencapai 9 juta ton per tahun.
"Semoga kerja sama ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi Indonesia terutama dalam hal energy security," ucap Zulkifli.
Baca juga: Indonesia gandeng Jepang gali potensi biomassa kayu
Wakil Menteri BUMN Pahala Mansury mengungkapkan program co-firing biomassa merupakan inisiatif tiga BUMN, yakni PLN, PTPN III, dan Perhutani yang tidak hanya untuk meningkatkan porsi energi baru terbarukan, tetapi juga meningkatkan penggunaan co-firing biomassa secara signifikan untuk pembangkit-pembangkit listrik di Indonesia.
Menurutnya, program co-firing akan meningkatkan kemandirian energi nasional sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap komoditas bahan baku energi karena sumbernya berasal dari dalam negeri, termasuk meningkatkan ekonomi masyarakat yang berada disekeliling wilayah yang dikelola oleh PTPN dan Perhutani.
"Kami berharap penggunaan biomassa sebagai salah satu energi primer co-firing bisa terus ditingkatkan karena ini bukan hanya akan memberikan manfaat kepada PLN saja, tetapi juga kepada dua BUMN lain yang akan menjadi suplier atau penyedia co-firing biomassa tersebut," kata Pahala.
Dalam mendukung program co-firing biomassa PLTU batu bara, Perkebunan Nusantara III memiliki potensi 3 juta ton tandan kosong kelapa sawit per tahun yang dihasilkan dari setiap proses produksi perusahaan.
Selain itu, Perkembunan Nusantara III juga memiliki 24.000 hektare lahan sawit yang telah direplanting dengan nilai biomassa mencapai 2 juta ton dan replanting tanaman karet seluas 4.000 hektare yang menghasilkan 500.000 ton biomassa.
"Kami juga memiliki pabrik kelapa sawit yang itu bisa dibangun pembangkit berbasis limbah cair antara 75 sampai 100 megawatt," kata Direktur Utama PTPN III Mohammad Abdul Ghani.
Sementara itu, Perum Perhutani juga memiliki potensi biomassa yang melimpah melalui hutan tanaman energi seluas 27.000 hektare pada 2020.
Perusahaan mencanangkan perluasan lahan hutan tanaman energi mencapai 70.000 ribu ton hingga tahun 2024.
Direktur Utama Perhutani Wahyu Kuncoro mengatakan program pembangunan hutan tanaman energi merupakan program jangka panjang perusahaan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku bagi proyek energi baru terbarukan di Indonesia.
Jumlah hutan tanaman energi yang telah ada maupun yang sedang dalam tahap perluasan akan memenuhi 20 juta ton biomassa dari total kebutuhan nasional sebanyak 9 juta ton biomassa per tahun.
"Upaya ini kami harapkan bisa memberikan manfaat kepada semua pihak terkhusus pemerintah yang nantinya akan meningkatkan baruan energi ke depan," pungkas Wahyu Kuncoro.
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021