"Manusia itu makhluk yang luar biasa. Malaikat saja sujud kepada manusia. Karena apa? Karena ada kekuatan spiritual di dalam diri manusia. Silakan itu diaktifkan," katanya, dalam webinar bertema "Advancing Humanity -Filsafat Klinis Progresif Kesadaran Diri" di Surabaya, Sabtu.
Baca juga: Pengamat: Pengetahuan agama kurang sebabkan pemuda terlibat terorisme
Webinar yang dipandu oleh Guru Besar Departemen Teknik Infrastruktur Sipil ITS Prof Ridho Bajuadji, PhD dan diikuti oleh para mahasiswa yang sedang mendalami kewirausahaan dan para dosen itu juga menghadirkan pendiri Komunitas Pure Consciousness Indonesia (PCI) Aswar Saputra dari Semarang, Jawa Tengah.
Adi Suprijanto mengemukakan bahwa sumber pengetahuan itu ada dua, yakni dari buku atau pendidikan formal dan dari amal ibadah yang memungkinkan manusia mendapatkan tambahan ilmu dari sumber aslinya, yakni Allah SWT.
"Kita perlu menggabungkan kedua sumber itu. Ya baca buku, ya beramal saleh, dengan demikian, kita bisa membangun generasi yang sujana (berbudi dan bijaksana) karena banyak mendapatkan sentuhan spiritual," katanya.
Pada kesempatan itu, ia mengingatkan bagi mereka yang Muslim untuk membiasakan diri dengan wirid dan doa. Menurut dia, wirid itu menjadi semacam mahar sebelum seseorang memanjatkan permohonannya kepada Allah SWT.
Sementara itu, Aswar banyak mengulas tentang hakikat diri manusia dari sisi spiritual. Dia mengemukakan pentingnya setiap manusia, khsususnya mahasiswa, untuk sadar maqom atau kedudukan diri sebagai makhluk paling mulia yang diturunkan Allah ke muka Bumi.
Baca juga: Setahun pandemi, soal corona hingga spiritual jadi tren di Google
Baca juga: Anggota DPR dorong BNPB pelihara ketahanan spiritual masyarakat
"Saya sebut ini sebagai 'spiritual mechanism' saja ya agar lebih ringkas. Dalam spiritual mechanism ini kita sadari bahwa diri kita ini adalah pengatur dan pengarah pengalaman dalam ruang waktu ini," kata pembelajar kesadaran dari David R Hawkins, PhD, psikiater yang menulis disertasi berjudul "Power Vs Force" ini.
Menurut Aswar, spiritualitas itu perlu fokus pada diri yang abstrak atau immaterial. Manusia sebagai makhluk spiritual adalah transenden yang melampaui segala keterbatasan.
"Sekarang, yang bicara tentang spiritualitas itu hanya dukun dan agamawan. Kampus yang semestinya mengambil peran pada aspek ini, hanya menempatkan pelajaran spiritual sebagai tambahan atau ekstrakurikuler," kata praktisi tarikat ini.
Pewarta: Masuki M. Astro
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021