Upaya Garuda Indonesia bertahan di tengah kondisi pandemi dengan mengoptimalkan angkutan kargo dinilai merupakan langkah tepat terlebih untuk mendongkrak kinerja perusahaan, kata Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia (Inaca) Denon Prawiratmadja.Kejelian Garuda Indonesia menangkap peluang bisnis ini diproyeksikan dapat mendongkrak pendapatan perusahaan di tengah lesunya dunia penerbangan saat ini
"Optimalisasi bisnis kargo yang dilakukan oleh Garuda Indonesia merupakan langkah yang sangat tepat. Kejelian Garuda Indonesia menangkap peluang bisnis ini diproyeksikan dapat mendongkrak pendapatan perusahaan di tengah lesunya dunia penerbangan saat ini. Hal ini dikarenakan komitmen dari pemerintah angkutan logistik, yang dalam hal ini kargo, tetap diizinkan untuk beroperasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat," kata Denon dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Menurut Denon, sejak pandemi melanda Indonesia pada awal tahun 2020 lalu hingga sekarang, jumlah penumpang pesawat turun tajam hingga lebih dari 50 persen. Akibatnya, maskapai juga mengurangi jumlah penerbangan demi melakukan efisiensi biaya operasional. Namun demikian, dibalik ketidakberuntungan tersebut, terselip suatu sinar yang makin hari makin terlihat cerah bagi bisnis penerbangan nasional.
Ia juga memaparkan data bahwa jumlah kargo udara yang diangkut maskapai nasional pada tahun 2020 hanya turun sedikit dibanding penurunan jumlah penumpang. Misalnya data dari 15 bandara PT Angkasa Pura I, pada tahun 2020 lalu lintas kargo udara yang dilayani adalah 436.049 ton. Hanya turun sedikit dari tahun 2019 yang tidak pandemi yaitu 481.180 ton. Pada kuartal 1 tahun 2021 ini, Angkasa Pura I sudah melayani lalu lintas 105.411 ton kargo udara, diprediksi pada akhir tahun 2021 jumlah kargo udara yang dilayani di 15 bandaranya mencapai 445.049 ton.
Denon melihat bisnis kargo udara Indonesia yang tahan banting dari pandemi juga dikarenakan beberapa hal. Pertama tentunya bahwa dalam kondisi apapun, setiap manusia pasti memerlukan barang untuk memenuhi kebutuhannya.
Kedua, penerbangan menjadi salah satu pilihan kuat karena kondisi geografis Indonesia yang kepulauan sehingga mempunyai beberapa kelebihan dibanding transportasi lain, seperti misalnya kecepatan, keselamatan dan keamanan, serta sanggup menghadapi berbagai cuaca.
Terkait laporan keuangan Garuda Indonesia pada 2020 yang menderita kerugian, Denon mengaku sangat prihatin. Namun demikian, ini merupakan hal yang pasti akan dialami oleh perusahaan penerbangan tidak hanya di tanah air, namun di seluruh Dunia.
"Akibat menurunnya penumpang, jumlah penerbangan pesawat juga berkurang drastis. Banyak pesawat diparkir dan tidak beroperasi yang membuat aliran kas maskapai penerbangan terganggu. Walaupun demikian kami melihat manajemen Garuda Indonesia telah melakukan berbagai upaya agar kondisi keuangannya bisa tertangani dengan baik dan operasional perusahaan mereka tetap berjalan. Salah satunya adalah mengoptimalkan bisnis kargonya," kata Denon.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra, mengatakan Garuda Indonesia telah melakukan berbagai langkah upaya untuk perbaikan kinerja usahanya didasari oleh tren pertumbuhan sektor ekspor nasional menjadi momentum penting bagi maskapai ini untuk optimalisasi lini bisnis penunjang yang dijalankan perusahaan di tengah tekanan kinerja usaha imbas pandemi COVID-19, terutama melalui lini bisnis kargo carter maupun berjadwal.
Secara konsisten, perusahaan berhasil mencatatkan pertumbuhan angkutan kargo yang semakin menjanjikan. Pada Mei 2021 berhasil membukukan pertumbuhan angkutan kargo hingga 35 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2020.
Ia mengakui bahwa lini bisnis kargo kini menjadi tumpuan pendapatan usaha Garuda Indonesia, di tengah penurunan trafik angkutan penumpang yang terjadi sejak tahun lalu dan berimbas terhadap performa kinerja finansial perusahaan sepanjang tahun 2020.
Melalui penyampaian laporan keuangan tahun buku 2020, Garuda Indonesia mencatatkan pendapatan usaha sebesar 1,4 miliar dolar AS yang ditunjang oleh pendapatan penerbangan berjadwal sebesar 1,2 miliar dolar AS, pendapatan penerbangan tidak berjadwal 77 juta dolar AS, dan lini pendapatan lainnya sebesar 214 juta dolar AS.
Baca juga: Maskapai Garuda optimalkan bisnis angkutan logistik ekspor
Baca juga: Anggota Komisi VI: Perlu upaya serius selamatkan Garuda Indonesia
Baca juga: Citilink optimalkan bisnis kargo di tengah larangan mudik
Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021