"Untuk isoman, cukup diberikan vitamin saja," kata Dr. Anggraini dalam bincang daring bersama IDAI, Minggu.
Ada pun suplemen yang bisa diberikan kepada anak yang bergejala ringan maupun tidak bergejala COVID-19 adalah vitamin C, vitamin D, dan mineral seperti zinc.
"Sebenarnya, suplemen itu bisa didapat anak dari makanannya. Untuk vitamin D, bisa didapatkan melalui protein seperti telur, ikan, dan keju. Untuk vitamin C ada di sayur-sayuranan dan buah-buahan. Sementara zinc juga ada di makanan kita (contoh: produk hewani dan kacang-kacangan). Vitamin D juga bisa didapatkan ketika berjemur di bawah sinar matahari," jelas Dr. Anggraini.
Lebih lanjut, ia mengatakan orang tua yang menjalani isoman dengan anak bisa memberikan obat pelengkap jika ada gejala yang mengikuti. Misalnya, jika ada gejala demam, orang tua bisa memberikan obat penurun demam, pun dengan gejala batuk dan pilek juga bisa diberikan obat yang sesuai.
Baca juga: Alasan kontak erat COVID-19 perlu isoman meski hasil antigen negatif
Selain suplemen vitamin dan obat-obatan, Dr. Anggraini mengatakan bahwa memonitor perkembangan anak juga tidak kalah penting saat menjalankan isoman bersama. Orang tua perlu memiliki termometer untuk mengukur suhu dan oximeter untuk mengukur saturasi oksigen anak secara rutin, terutama di pekan awal positif COVID-19.
"(Monitoring) Harus sebaik dan sesering mungkin. Selain itu, buat komunikasi yang baik dengan dokter terkait, dan terapkan kebersihan dan 5M kepada anak. Jika tidak ada gejala sistemik, mandi yang bersih, cuci hidung dan mulut, itu bagian yang bisa memperbaiki secara keseluruhan kebersihan anak. Tak lupa, orang tua juga harus menjadi teman untuk anak," ujarnya.
Meski berat untuk mendampingi dan merawat anak saat melakukan isoman, Dr. Anggraini mengingatkan orang tua untuk tetap tenang.
"Dengan ketenangan dan bimbingan orang tua untuk sama-sama buat anak disiplin 5M, tentu itu bisa membuat suatu pikiran yang menggembirakan dan suasana positif kepada anak. Walaupun di masa isolasi, membiasakan kondisi cek saturasi dan suhu, jangan dibuat menjadi suatu kepanikan," jelas Dr. Anggraini.
Ada pun ia mengatakan bahwa persentase gejala ringan dan berat COVID-19 bagi anak-anak adalah 80:20, sehingga diharapkan dengan penanganan yang tepat, anak bisa lekas pulih dari virus ini.
Dr. Anggraini kemudian berpesan kepada orang tua untuk rajin berkonsultasi dengan kerabat dan dokter anak ketika sedang menjalani isoman bersama. Orang tua juga diimbau untuk memonitor kesehatan anak dengan panduan dan diari isoman dari IDAI yang bisa diakses dan diunduh di laman web resminya.
"Isoman ini memang tricky karena isoman yang terjadi sekarang dikarenakan rumah sakit yang penuh. Kriteria untuk yang isoman adalah bagi yang asimptomatik atau bergejala ringan. Semua perlu kehati-hatian dan konsultasi," kata Dr. Anggraini.
"COVID ini mengajarkan kita untuk berkonsultasi dan berkomunikasi bersama walaupun berjauhan. Intinya adalah komunikasi, positive thinking bahwa orang tua bisa mengelola anaknya selama isoman dan tahu kapan harus segera ke rumah sakit, dan jangan lupa untuk sering komunikasi ke dokter anak," pungkasnya.
Baca juga: IDAI: Tidak perlu berikan antibiotik untuk pengobatan COVID-19 anak
Baca juga: Telemedisin hingga WhatsApp grup bisa bantu pantau pasien isoman
Baca juga: Jaga nafsu makan anak penting di tengah pandemi COVID-19
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021