Pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, kata Lulung, harus segera mencari solusi menjamin ketersediaan obat tersebut, karena ini adalah soal keselamatan nyawa rakyat.
"Dokter, tenaga medis, ulama, kyai kita sudah ribuan yang gugur. Mungkin karena mereka kesulitan mendapatkan obat. Saya minta keadaan ini segera diatasi pemerintah, pemerintah harus turun tangan langsung, jangan pasif hanya menunggu polisi melakukan penggerebekan atau penangkapan," kata Lulung dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.
Baca juga: Petugas gabungan bagikan sembako dan obat untuk warga di Cakung
Lulung mensinyalir kelangkaan obat ini disebabkan ulah komplotan mafia penimbun obat serupa dengan pelaku yang diungkap Polda Metro Jaya di gudang penimbun obat COVID-19 kawasan Peta Barat, Cengkareng, Jakarta, Senin kemarin.
"Kalau kondisi ini dibiarkan terus, gimana?, warga disuruh isoman di rumah, tapi obat tidak ada. Saya kira, ini dikeluhkan banyak masyarakat dimana-mana. Makanya, pemerintah harus jujur dan tegas, ini sebenarnya ada apa? Tolong ini diperhatikan, karena ini soal keselamatan nyawa rakyat," tutur Anggota Komisi VII DPR itu.
Lulung mengaku kesulitan mencari obat untuk anggota keluarganya yang terinfeksi COVID-19. Bahkan dia bersama stafnya sudah mencari apotek besar maupun kecil untuk mencari obat, namun semua apotek yang didatangi kehabisan stok.
"Setelah berkonsultasi dan sesuai arahan dokter, saya keliling mencari obat yang disarankan. Akan tetapi, obat yang biasanya digunakan untuk COVID itu tidak ada, staf saya keliling ke 10 Apotek di Jakarta tidak ada, semua Apotek mengaku kehabisan stok," kata Lulung.
Dia menceritakan bahwa ada empat jenis obat yang direkomenadasikan dokter bagi keluarganya, yakni Oseltamivir 75 mg, Azithromycin 500 mg, Dexamethasone 0,5 mg dan Parasetamol 500 mg, namun tidak tersedia, selain parasetamol.
Baca juga: Kriminal kemarin, obat COVID ditimbun hingga permainan harga oksigen
"Ini gimana?, kalau di Jakarta saja obat tidak ada, bagaimana lagi di daerah-daerah lain? Kelangkaan obat yang dikeluhkan warga selama ini ternyata benar, dan masih terjadi dimana-mana. Ini fakta di lapangan, karena sekarang saya mengalami sendiri," ujar Lulung.
Dia menerangkan, obat-obatan tersebut untuk anggota keluarganya yang dinyatakan terkonfirmasi positif terpapar COVID-19, berdasarkan hasil tes usap "Swab Polymerase Chain Reaction" (PCR) pada Selasa pagi.
Meski begitu, Haji Lulung bersyukur, karena saat ini kondisi keluarganya dalam keadaan baik dan tak menunjukkan gejala membahayakan. Sehingga hanya perlu menjalani isolasi mandiri di rumah.
"Mohon doanya," ucap Lulung.
Di sisi lain, Lulung juga meminta kondisi yang dialami keluarganya saat ini agar menjadi perhatian bahwa COVID-19 bisa menjangkit siapa pun.
"Masyarakat tolong lebih berhati-hati, jaga kesehatan. Seluruh prokes harap dijalankan dengan baik, semakin patuh terhadap 3M yakni memakai masker, menjaga jarak dan rajin mencuci tangan," tutur dia.
Baca juga: Polrestro Jakbar masih mendalami kasus penimbunan obat-obatan
Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Taufik Ridwan
Copyright © ANTARA 2021