Kalangan pembela hak asasi manusia menuding pemerintah Rusia mengakui keabsahan junta militer Myanmar --yang melancarakan kudeta pada 1 Februari-- dengan terus melakukan kunjungan bilateral dan kesepakatan perdagangan senjata dengan negara itu.
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu telah menyatakan kepada Jenderal Senior Min Aung Hlaing bahwa pemerintah Rusia bertekad untuk memperkuat hubungan militer.
Pernyataan itu disampaikan Shoigu ketika sang pemimpin junta Myanmar berkunjung ke Moskow pada Juni.
Baca juga: Tertular COVID-19 di penjara, penasihat Suu Kyi meninggal
Baca juga: Myanmar tingkatkan target vaksinasi di tengah lonjakan kasus COVID-19
Ketika berbicara di sela-sela pameran tahunan dirgantara Rusia MAKS yang juga dihadiri Presiden Vladimir Putin pada Selasa (20/7), Mikheev mengatakan Myanmar adalah salah satu pelanggan utama Rosoboronexport di Asia Tenggara, juga pelanggan kunci bagi Rostec --perusahaan kedirgantaraan dan pertahanan negara Rusia.
Hubungan pertahanan antara Rusia dan Myanmar dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami peningkatan.
Rusia memberikan pelatihan militer dan beasiswa tingkat universitas bagi ribuan tentara negara itu serta menjual persenjataan kepada Myanmar, yang oleh beberapa negara Barat dimasukkan ke dalam daftar hitam.
Sumber: Reuters
Baca juga: Vietnam setujui transfer teknologi vaksin COVID-19 Rusia dan AS
Baca juga: Korban tewas banjir Zhengzhou jadi 25, tujuh lainnya masih hilang
Pewarta: Tia Mutiasari
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2021