IPKB: Kepulauan Riau Alami Masalah Kependudukan

17 Oktober 2010 07:13 WIB
Batam, Kepri (ANTARA News) - Ketua Ikatan Penulis Keluarga Berencana Kepulauan Riau Iswidodo mengatakan, masalah kependudukan belum mendapat perhatian pengambil kebijakan di provinsi itu meski kondisinya sudah memprihatinkan.

"Kepri menghadapi masalah kependudukan yang berujung pada tersedotnya anggaran untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat," kata Iswidodo disela kunjungan Ikatan Penulis Keluarga Berencana (IPKB) Kalbar ke Batam, Minggu.

Ia mencontohkan, jumlah penduduk Kota Batam idealnya 700 ribu jiwa. Namun, lanjut dia, saat ini jumlah penduduk di kota industri itu sudah sejuta jiwa.

"Ada kelebihan 300 ribu jiwa yang akan memberi permasalahan kependudukan di masa mendatang," katanya.

Sementara Pemkot Batam cenderung untuk menambah infrastruktur dasar seperti sekolah dan puskesmas.

Ia menambahkan, tidak ada upaya maksimal mengenai masalah kependudukan di Kepri.

Padahal, katanya lagi, daya dukung lahan dan lingkungan di Kepri sangat terbatas karena sebagian besar wilayahnya berupa lautan.

Ia menduga, para pengambil kebijakan dan politisi memilih untuk membiarkan penduduk terus bertambah karena berkepentingan dengan jumlah konstituen.

"Makin banyak penduduk, makin banyak suara," kata dia.

Kepala Bidang Pembinaan Keluarga/Keluarga Sejahtera BKKBN Kepulauan Riau Sutanto mengatakan, laju pertumbuhan penduduk di kota itu hampir 10 persen.

Menurut dia, selain dipengaruhi Batam sebagai daerah transit, juga sebagian besar generasi kedua warga yang datang kota itu mulai berkeluarga.

Riza Pahlevi, Wakil Pemred Batam Post, salah satu koran di kota tersebut mengatakan, media berupaya mengingatkan pengambil kebijakan mengenai ancaman masalah kependudukan.

"Terutama ledakan jumlah penduduk. Kami sudah berkali-kali memberitakannya di halaman depan," kata Riza Pahlevi.

Mereka juga mengawasi proses penerimaan siswa baru karena semakin banyak anak-anak yang tidak tertampung di sekolah negeri. (T011/K004)


Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010