Kapolsek Asemrowo, AKP Dolly A.Primanto, ketika dikonfirmasi mengatakan, pelaku yang mengangkut 662 karung rempah sudah sangat hafal dan mengerti letak penyimpanan dan rempah yang harganya mahal.
"Melihat hasil olah tempat kejadian sementara, sepertinya pelaku sudah hafal dan mengerti rempah-rempah. Indikasi mengarah ke orang dalam memang ada, tapi kami belum bisa memastikannya dan masih memeriksa saksi-saksi termasuk penjaga dan mandor gudang," ujarnya, Selasa.
Selain itu, lanjut dia, pelaku sepertinya juga mengerti listrik. Ini terlihat dari las "acytilin" yang digunakan untuk membuka gembok pintu gerbang. Bahkan, sampai orang di sekitar gudang juga tidak mendengar suara las dan pembobolan gudang.
Sementara, Manajer Ekspor PT Kartika, Ivan Cahyo mengelak tudingan dan indikasi pencurian dilakukan oleh orang dalam atau karyawannya sendiri. Ia beralasan, semua pekerjanya selalu diperhatikan pimpinan dan tidak pernah mendengar satupun keluhan dari pekerja.
"Pimpinan selalu memperhatikannya, dan setiap Lebaran, selain bingkisan, semuanya juga diajak makan-makan. Terkait keluhan dan ada pekerja yang kecewa, kami tidak pernah mendengarnya," tutur dia.
Disinggung tentang gaji pekerja, Ivan mengaku juga tidak pernah ada komplain. Per angkat karung, pekerja dibayar Rp500. "Kayaknya memang Rp500, tapi tidak ada yang mengeluh kok tentang gaji," ucap Ivan.
Seperi diberitakan, gudang PT Kartika dibobol kawanan pencuri. Sebanyak 662 karung berisi rempah-rempah yang terdiri dari kencur sebanyak 271 karung, Pala 344 karung, dan cabe jamu 47 karung, raib dari tempatnya.
Per karung, berisi 50 kilogram dan harganya bervariasi, antara Rp50 ribu hingga Rp75 ribu per kilogramnya. Kalau ditotal, kerugian akibat pencurian tersebut mencapai Rp1,6 miliar lebih.
Selain memeriksa saksi, polisi juga mengumpulkan barang bukti, diantaranya gembok yang sudah rusak dan sisa rempah yang belum sempat dicuri. Polisi juga masih menunggu hasil tim identifikasi Polrestabes Surabaya setelah melakukan olah TKP. (ANT-165.K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010