• Beranda
  • Berita
  • KKP bantu akses induk udang unggul ke pembudidaya skala rumah tangga

KKP bantu akses induk udang unggul ke pembudidaya skala rumah tangga

28 Juli 2021 13:38 WIB
KKP bantu akses induk udang unggul ke pembudidaya skala rumah tangga
Ilustrasi - Tambak udang milenial di Jepara, Jawa Tengah. ANTARA/HO-KKP/am.

Memenuhi kebutuhan pembudidaya ikan akan benih bermutu menjadi salah satu program Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam misi untuk meningkatkan produksi ikan berkualitas di masyarakat

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memberikan akses bantuan calon induk udang unggul ke pembudidaya skala rumah tangga yaitu ke Unit Pembenihan Rakyat (UPR) dan Hatchery Skala Rumah Tangga (HRST) untuk memenuhi kebutuhan benur berkualitas.

"Memenuhi kebutuhan pembudidaya ikan akan benih bermutu menjadi salah satu program Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam misi untuk meningkatkan produksi ikan berkualitas di masyarakat," kata Dirjen Perikanan Budidaya KKP Tb Haeru Rahayu, yang akrab disapa Tebe, dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Rabu.

Menurut Haeru, peremajaan induk unggul merupakan langkah KKP dalam memastikan produk perikanan budidaya dapat terus terjaga mutu dan kualitasnya, sehingga mendapatkan kepercayaan baik pasar domestik maupun internasional.

Apalagi, lanjutnya, subsektor perikanan budidaya menjadi salah satu bidang yang diarahkan untuk diperkuat dan dioptimalkan sesuai arahan Presiden Joko Widodo.

“Pembangunan subsektor perikanan budidaya khususnya untuk komoditas udang menjadi kegiatan prioritas yang terus didorong secara kuantitas maupun kualitas karena memiliki potensi tinggi untuk dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menyerap banyak tenaga kerja serta berdampak kepada peningkatan devisa negara” kata Haeru.

Haeru menilai bahwa tambak tradisional memiliki potensi yang sangat besar untuk dapat dikembangkan karena tingkat produktivitas maupun pemanfaatan yang masih cukup rendah.

Untuk itu, ujar dia, program bantuan calon induk menyasar kepada HSRT, agar pemanfaatan tambak tradisional dapat terus berjalan. Sedangkan untuk tahun 2022, lanjutnya, KKP telah menyiapkan program revitalisasi infrastruktur dasar pertambakan tradisional agar dapat ditingkatkan produktivitasnya.

Terkait pengembangan induk unggul, Haeru juga memastikan bahwa jajarannya terus melakukan kegiatan perekayasaan genetik yang diperlukan untuk dapat menghasilkan strain baru yang pertumbuhannya lebih cepat, kemampuan adaptasi lebih baik, dan lebih tahan akan penyakit.

Contoh dari realisasi bantuan tersebut adalah melalui Balai Produksi Induk Udang Unggul dan Kekerangan (BPIU2K) Karangasem, KKP salurkan bantuan 2000 ekor calon induk udang kepada HSRT Wijaya Kusuma, Desa Tegalmulya, kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah. Kelompok yang beranggotakan 7 orang ini telah melakukan usaha pembenihan udang selama 15 tahun dengan komoditas udang vaname dan udang windu.

Ketua Kelompok HSRT Wijaya Kusuma, Ong Aryadi menjelaskan bahwa kelompoknya merupakan fasilitator dari pembudidaya dan petambak semi tradisional dan tradisional dengan memasarkan larva udang vaname dan udang windu untuk dibudidayakan.

Beberapa daerah yang dipasok oleh kelompoknya seperti di wilayah Tegal dan Pangandaran dan memiliki pangsa pasar yang cukup besar terutama untuk daerah Tegal.

Aryadi juga berkata bahwa kelompoknya telah memiliki sertifikat Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB), serta sarana biosecurity dan unit pengolahan limbah yang baik, sehingga kelestarian lingkungan di sekitar lokasi usahanya tetap terjaga.

"Untuk meningkatkan mutu larva yang dihasilkan, jika sebelumnya kami melakukan usaha dengan menggunakan induk udang yang berasal dari tambak, namun telah lama kami menggunakan induk yang berasal dari Balai, sehingga memiliki kualitas yang jauh lebih terjamin," tutur Aryadi.

Diketahui luasan tambak udang di Indonesia mencapai 562.000 hektare (ha). Dari jumlah tersebut, 93 persen di antaranya merupakan tambak udang tradisional dengan luasan 522.600 ha dan 7 persen sisanya adalah tambak semi-intensif dan intensif seluas 52.698 ha.

Kemudian dari luasan tambak tradisional yang ada, menunjukkan 56 persennya merupakan tambak idle atau sudah berubah fungsi, sehingga total tambak tradisional yang masih aktif hanya tinggal 247.803 ha dengan produktivitas 0,6 ton/hektare/tahun. Angka tersebut jauh di bawah hasil panen tambak semi intensif atau intensif yang diperkirakan bisa mencapai 10-30 ton/hektare/tahun.

 

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021