598 dokter gugur selama pandemi COVID-19

28 Juli 2021 17:34 WIB
598 dokter gugur selama pandemi COVID-19
Sejumlah dokter bersama tenaga medis lainnya melaksanakan shalat jenazah untuk dokter spesialis paru yang positif COVID-19 saat pelepasan terakhir menggunakan mobil ambulans ke pemakaman di Rumah Sakit Umum Zainainal Abidin, Banda Aceh, Aceh, Selasa. ANTARA FOTO/Ampelsa/wsj.
Ketua Pelaksana Harian Tim Mitigasi Dokter IDI, dr. Mahesa Paranadipa Maikel menyebutkan sebanyak 598 orang dokter meninggal dunia selama pandemi COVID-19 per 27 Juli 2021.

Melihat angka itu, dia khawatir total kematian rekan sejawat dokter akan menembus 600 orang.

Berdasarkan data statistik Tim Mitigasi IDI, dokter umum berada di posisi tertinggi untuk jumlah terbanyak kematian yakni 319 orang (5 di antaranya Guru Besar), diikuti dokter spesialis sebanyak 270 orang (29 Guru Besar) dan residen sebanyak 9 orang.

Sementara itu, berdasarkan gender sebanyak 84 persen atau 502 dokter merupakan laki-laki dan 16 persen sisanya perempuan.

Berdasarkan wilayah, jumlah kematian dokter tertinggi berasal dari Jawa Timur yakni 127 orang, kemudian DKI Jakarta (92 orang), Jawa Tengah (89 orang), Jawa Barat (83 orang) dan Sumatera Utara (41 orang).

"Melihat angka ini, kami di kalangan dokter tersayat hati kami melihat banyaknya guru-guru kami yang harus gugur, saudara dan adik-adik kami," tutur dr. Mahesa Paranadipa Maikel dalam konferensi pers daring yang digelar Tim Mitigasi IDI, Rabu.

Berkaca dari angka ini, dr. Mahesa Paranadipa Maikel meminta bantuan dari masyarakat untuk ikut serta menekan angka penularan COVID-19 termasuk pada para dokter melalui penerapan protokol kesehatan ketat dan vaksinasi. Kedua hal ini penting untuk juga melindungi kelompok-kelompok rentan terpapar penyakit akibat SARS-CoV-2 itu dan berisiko mengalami kondisi parah.

Dia juga meminta dukungan pemerintah dari sisi sumber daya agar tenaga kesehatan bisa tetap melayani kebutuhan masyarakat.

"Kami mohon semua dengan kemampuan yang Anda miliki tolong bantu agar bisa menekan angka penularan, agar beban kesehatan bisa berkurang hari demi hari," demikian tutur dr. Mahesa Paranadipa Maikel.

Terkait vaksin COVID-19 ketiga bagi tenaga kesehatan, saat ini sudah diberikan kepada 3.800 tenaga kesehatan di 14 rumah sakit vertikal yang berada di bawah koordinasi Kementerian Kesehatan. Saat ini, vaksinasi dalam proses distribusi ke daerah-daerah.

Baca juga: IDI ingatkan bahaya hoaks yang bisa lebih mematikan dari virus

Baca juga: Tim Mitigasi IDI: Kasus COVID-19 mulai meningkat di luar Pulau Jawa


Halaman selanjutnya: Kondisi di Sumatera
 

Kondisi di Sumatera
​​​​​​​
Sejumlah tenaga kesehatan mendorong peti mati berisi jenazah dokter Oki Alfin yang meninggal akibat COVID-19, di RSUD Arifin Achmad, Kota Pekanbaru, Riau, Sabtu (12/9/2020). Almarhum dokter Oki terpapar SARS-CoV-2 dari pasien yang dirawatnya di Puskesmas Gunung Sahilan 1 Kabupaten Kampar dan kemudian turut menularkan virus ke isterinya. ANTARA FOTO/FB Anggoro/wsj.


Jumlah kematian dokter di wilayah Sumatera mencatatkan angka yang bahkan menembus angka 10. Ketua IDI wilayah Aceh, dr. Safrizal Rahman menuturkan sebanyak 10 orang dokter meninggal dunia hingga Rabu ini.

Dari jumlah ini, sebanyak 41 orang dokter di antaranya masih melakukan isolasi mandiri dan lima orang menjalani perawatan. Sementara itu, untuk total kasus, tercatat 22.104 kasus terkonfirmasi hingga 27 Juli 2021.

"Sampai saat ini, Alhamdulillah IDI Aceh terus melakukan upaya advokasi kepada anggota untuk terus menjaga kesehatan. Untuk Aceh sendiri, tenaga kesehatan, upaya yang dilakukan pemerintah mendukung supaya mereka terjaga kesehatannya luar biasa," kata Safrizal.

"Kami masih dalam kondisi siap berhadapan dengan COVID-19, walaupun yang paling dibutuhkan patisipasi masyarakat," kata Safrizal.

Angka kematian dokter yang juga relatif tinggi tercatat di Kepulauan Riau. Dr. Rusdani dari IDI Kepulauan Riau mengonfirmasi kasus kematian dokter mencapai 7 orang hingga saat ini. Dari jumlah itu, salah satu dokter berada dalam kondisi hamil 8 bulan. Sementara itu, total kasus dokter yang terkonfirmasi positif mencapai 167 orang.

Di Jambi, Ketua satgas COVID-19 IDI wilayah jambi, dr. Nirwan satria mencatat sudah sebanyak tiga orang dokter spesialis (bedah, saraf dan ortopedi) yang meninggal dunia dari total 90 orang dokter yang terkonfirmasi positif COVID-19 hingga Rabu ini.

Dia juga mencatat jumlah kasus yang naik yang terus tembus pada angka 200 sejak 18 Juli hingga beberapa hari setelahnya. Menurut Nirwan, angka kasus bahkan pernah mencapai 442 dari yang sebelumnya bahkan tak sampai 100 kasus.

Tak hanya dari jumlah kasus, Nirwan juga mengonfirmasi masuknya varian Delta Plus di wilayah kerjanya, yang diketahui cepat menular ketimbang virus aslinya.

Sebagai salah satu langkah mendeteksi dini kasus sekaligus membantu melindungi tenaga kesehatan di sana, pihak IDI setempat bekerja sama dengan laboratorium pusat diagnostik di Universitas Andalas, Padang rutin melakukan swab.

"Persiapan kami, mengedukasi kami semua bagaimana melindungi diri masing-masing dengan mengenakan masker yang benar, menjaga jarak, menjaga mata, hidung dan mata dari paparan," tutur Nirwan.

Di Sumatera Selatan, perwakilan IDI setempat, Dr. Trisnawarman menyebut sebanyak 3 orang dokter meninggal dunia dari 154 orang yang terkonfirmasi positif hingga hari ini. Sementara angka keterisian ICU, sudah mencapai angka 88 persen khusus di wilayah Palembang.

"Kemarin 1020 kasusnya. Memang fluktuatif, kadang meningkat kadang turun, mungkin karena terkait pemeriksaan sampel-nya. Sampel kadang-kadang menumpuk belum diperiksa sehingga hasilnya di hari berikutnya lebih tinggi," kata dia.

Trisnawan mengatakan, demi mengantisipasi pasien yang tertolak di rumah sakit, maka sejumlah tempat seperti wisma atlet dan asrama haji disiapkan sebagai tempat isolasi pasien bergejala ringan.

Baca juga: IDI: jangan longgarkan PPKM di DKI Jakarta

Baca juga: Satu dokter di Lampung gugur akibat terinfeksi COVID-19

Baca juga: Tim Mitigasi IDI bersama Anak Bangsa Peduli bantu tenaga kesehatan

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021