Aplikasi pembelajaran bahasa Duolingo mencatat pendapatan sebesar 6,5 miliar dolar AS (Rp94,1 triliun) setelah sahamnya melonjak hampir 40 persen dalam debut Nasdaq perusahaan pada Rabu (28/7), dilansir Reuters Kamis.
Saham Duolingo dibuka pada 141,4 dolar Amerika per saham, melampaui harga penawaran umum perdana (IPO) sebesar 102 dolar Amerika per saham, yang melewati batas atas kisaran targetnya.
Salah satu faktor meningkatnya minat investor adalah karena pembatasan pandemi yang membuat pembelajaran kini dilakukan secara daring. Sehingga banyak masyarakat yang beralih menggunakan aplikasi Duolingo. Hingga kini, Duolingo menawarkan kursus dalam 40 bahasa kepada sekitar 40 juta pengguna aktif bulanan.
Baca juga: Ruangguru rilis fitur baru Adapto, tingkatkan interaksi belajar
Salah satu pendiri dan CEO Duolingo Luis von Ahn mengatakan, setelah IPO, perusahaan akan fokus pada peningkatan aplikasi Duolingo dan mendapatkan lebih banyak pengguna aktif untuk beralih menjadi pelanggan berbayar.
Selain itu, perusahaan ini juga berencana untuk memperluas lebih banyak di Asia yang dinilai sebagai wilayah dengan pertumbuhan tercepat.
"Saat ini, pasar terbesar Duolingo adalah Amerika Serikat dengan 20 persen pengguna dan membawa 45 persen pendapatan perusahaan," kata Luis.
Duolingo mengumpulkan hampir 521 juta dolar Amerika dalam IPO dengan menjual sekitar 5,1 juta saham. Hampir 1,4 juta saham tersebut dijual oleh pemegang saham yang ada dan hasilnya tidak akan masuk ke perusahaan.
Awal pekan ini, perusahaan menaikkan kisaran target harga menjadi antara 95 dolar Amerika dan 100 dolar Amerika per saham, dari perkiraan sebelumnya antara 85 dolar Amerika dan 95 dolar Amerika per saham.
Baca juga: Fasilkom UI kembangkan aplikasi belajar Al-Quran interaktif
Baca juga: Inovasi kreatif Zuma jadi solusi guru mengajar di tengah pandemi
Baca juga: Startup lokal mulai kembangkan aplikasi belajar daring
Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021