• Beranda
  • Berita
  • Gubernur Sumsel minta tambahan empat helikopter ke BNPB atasi karhutla

Gubernur Sumsel minta tambahan empat helikopter ke BNPB atasi karhutla

31 Juli 2021 20:13 WIB
Gubernur Sumsel minta tambahan empat helikopter ke BNPB atasi karhutla
Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru meminta penambahan empat unit helikopter pengebom air (water bombing) kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk menanggulangi kebakaran hutan dan lahan (karhutla), Sabtu (31/7/2021) (ANTARA/M Riezko Bima Elko P/21)

pemadaman titik api yang mulai ditemukan di daerah rawan

Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru meminta penambahan empat unit helikopter pengebom air (water bombing) kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk menanggulangi kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

 

“Sumsel ajukan penambahan empat lagi ke BNPB guna mengoptimalkan operasi pemadaman titik api yang mulai ditemukan daerah-daerah rawan,” kata Herman Deru, Sabtu.

 

Menurut dia, berdasarkan laporan dari tim satuan tugas (Satgas) karhutla di lapangan kondisi titik api di Sumsel semakin meningkat terutama menjelang puncak kemarau di bulan Agustus dan September mendatang.
 

Penambahan unit helikopter ini untuk merespons kondisi terkini di sepuluh kabupaten rawan, yang mana terjadi peningkatan titik panas.

 

“Tentu berharap kondisi ini dapat teratasi maksimal dengan adanya penambahan unit helikopter,” ujarnya.


Baca juga: 15 hektare lahan di Ogan Ilir Sumsel terbakar

Baca juga: Pemprov Sumsel tetapkan status siaga darurat karhutla lebih awal

 

Selama sebulan terakhir ada tujuh helikopter yang berpatroli yang dikhususkan memantau kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), lima diantaranya merupakan helikopter water boombing dengan kapasitas 4.000-5.000 liter air sekali terbang.

 

Helikopter tersebut sejauh ini masih fokus di tiga lokasi yakni Kabupaten Banyuasin, Ogan Ilir dan Ogan Komering Ilir yang bila merujuk dari data Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) selama tiga hari terakhir disana ada sekitar 128 titik api yang terpantau.

 

"Hanya hotspot (titik panas) sejauh ini yang terbakar masih di diameter lahan yang kecil, tapi antisipasi jangan sampai membesar tentu perlu dilakukan," ujar dia.

 

Ia memastikan, Sumatera Selatan yang sudah menetapkan status siaga darurat Karhutla terhitung sejak Februari 2021 lalu sudah siap secara teknis untuk menanggulangi karhutla tahun ini sebab dengan berlakunya status tersebut sudah dianggarkan dana senilai Rp30 miliar dari APBD.
 

Tapi meskipun demikian jika keperluan dan status sampai level kebencanaan maka akan siap melakukan refocusing anggaran.

“Untuk membantu menangani karhutla melalui biaya tidak terduga," cetusnya.

 

Sebelumnya Kepala Bidang Penanganan Darurat BPBD Provinsi Sumatera Selatan Ansori di Palembang, mengatakan untuk mencegah karhutla semakin membesar pihaknya meminta kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk dapat segera melakukan upaya-upaya intervensi cuaca.

 

Seperti penerapan teknologi modifikasi cuaca (TMC) dan penambahan unit helikopter pembom air (water bombing) untuk menurunkan hujan supaya kelembaban wilayah rawan terbakar tersebut dapat terjaga.

 

“Sekarang masih efektif dilakukan TMC walaupun masuk musim kemarau tapi potensi awan hujan masih ada,” kata dia.

 

Pelaksanaan TMC sendiri sudah dilakukan secara intensif dengan menabur 15 ton NaCl di 10 wilayah rawan karhuta Sumatera Selatan dan Provinsi Jambi pada 10-27 Juni 2021 bersana dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

 

Namun menurutnya kondisi saat ini kembali mengkhawatirkan sebab mengalami puncak musim kering pada pertengahan Agustus dengan peningkatan suhu udara berada di titik panas 33 derajat Celcius sehingga apabila lahan tidak segera dibasahi kondisi tersebut akan mudah menimbulkan api.

 

“Tidak dapat dipastikan apakah ke depan akan turun hujan dengan intensitas tinggi, maka perlu ditanggulangi supaya potensi karhutla di Sumsel tidak semakin parah,”imbuhnya.

 

Sementara itu Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim, Kebakaran Hutan, dan Lahan (PPIKHL) Wilayah Sumatera Ferdian Krisnanto mengatakan, Sumatera Selatan saat ini berada dalam kondisi yang sangat rawan kebakaran sebab air permukaan tanah mulai mengering dan cuaca sangat terik.

 

Oleh sebab itu, pihaknya juga merekomendasikan adanya pelaksanaan TMC lagi di Sumatera Selatan seiring dengan adanya permintaan dari BPBD ke BNPB dalam hal modifikasi cuaca tersebut.

 

“Semua sepakat meminta dukungan untuk membantu pembasahan gambut dan ketersediaan air terutama di wilayah-wilayah rawan,” tandasnya.

Baca juga: Belasan hektare lahan di Ogan Ilir terbakar

Baca juga: Kabupaten OKI optimalkan 13 Desa Tangguh Bencana cegah karhutla

Pewarta: Muhammad Riezko Bima Elko
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021