Chief Executive Officer (CEO) PNRE Dannif Danusaputro mengatakan pembangunan PLTS tersebut sudah dijalankan bertahap sejak akhir tahun 2020 dengan target di akhir tahun 2021 sekitar 50 MW, termasuk di 1.000 Stasiun Pengisian Bahan bakar Umum (SPBU) Pertamina di Pulau Jawa.
“Selain ramah lingkungan, penggunaan PLTS di Pertamina Group juga terkait erat dengan efisiensi yang didapatkan, yaitu lebih menghemat pengeluaran biaya listrik,” katanya dalam keterangannya di Jakarta, Senin.
PNRE telah menyelesaikan pembangunan pembangkit listrik surya di Terminal LNG Badak, Kilang Dumai, Kilang Cilacap, KEK Sei Mangkei, serta di sejumlah SPBU.
Baca juga: Pertamina bangun PLTS 1,34 megawatt di Kilang Cilacap
Pembangunan infrastruktur pembangkit listrik ramah lingkungan itu sejalan dengan target bauran energi serta penurunan emisi gas rumah kaca di Pertamina Grup sebesar 30 persen pada 2030.
Danif menjelaskan dampak positif yang dihasilkan dari penggunaan PLTS 500 MW itu akan berpotensi mengurangi emisi karbon sebesar 630 ribu ton karbondioksida per tahun.
Menurutnya, inisiatif itu merupakan salah satu bagian dari peta jalan Environment, Social, and Governance (ESG) yang terintegrasi dalam bisnis Pertamina untuk mendukung upaya menahan laju perubahan iklim.
“Pengembangan EBT, termasuk PLTS adalah investasi masa depan bagi siapapun tak terkecuali pelaku bisnis. Transisi energi merupakan keniscayaan dan kebutuhan utama di dunia saat ini demi terwujudnya lingkungan yang sehat melalui penerapan energi bersih,” ujar Dannif.
Baca juga: Pertamina matangkan desain pemanfaatan energi surya untuk Pertashop
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021