• Beranda
  • Berita
  • Menkes tegaskan efikasi vaksin Sinovac baru dipastikan akhir 2021

Menkes tegaskan efikasi vaksin Sinovac baru dipastikan akhir 2021

2 Agustus 2021 16:46 WIB
Menkes tegaskan efikasi vaksin Sinovac baru dipastikan akhir 2021
Tangkapan layar Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers yang dipantau daring, Senin (26/7/2021). ANTARA/Devi Nindy.

Sinovac sepemahaman saya baru keluar di akhir tahun ini, di akhir tahun inilah kita tahu

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut kepastian efikasi vaksin Sinovac terhadap virus SARS-CoV-2 baru dapat diketahui pada akhir tahun 2021.

"Sinovac sepemahaman saya baru keluar di akhir tahun ini, di akhir tahun inilah kita tahu (efikasi vaksin Sinovac) dan sesudah itu pasti akan memberikan langkah-langkah penanganannya seperti apa," kata Budi Gunadi dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Senin.

Sebelumnya beredar informasi bahwa antibodi dalam tubuh seseorang yang dihasilkan vaksin Sinovac akan menurun setelah 6 bulan menerima vaksin dosis kedua.

Baca juga: Menkes: Peningkatan kematian karena pasien yang dirawat sudah kritis

"Tapi sebelum itu terlalu banyak spekulasi akan membingungkan rakyat sehingga saya minta temen-temen media untuk memastikan kita menyebarkan berita-berita yang secara ilmiah, secara bukti ilmiahnya benar dan pasti, harus pasti," ungkap BUdi.

Vaksin Sinovac adalah jenis vaksin yang pertama kali disuntikkan dalam program vaksinasi di Indonesia yaitu sejak Januari 2021. Saat itu vaksin Sinovac disuntikkan ke para tenaga kesehatan padahal semakin tinggi efikasi vaksin maka semakin lama antibodi bertahan di dalam tubuh.

"Saya mesti tegaskan di sini efikasi vaksin atau periode tahannya vaksin baru akan bisa keluar secara formal sesudah selesainya 'final report' uji klinis 3, diperkirakan akan keluar sekitar akhir tahun ini untuk vaksin-vaksin yang pertama kali di 'launch' akhir tahun lalu," tambah Budi.

Baca juga: Menkes minta vaksinasi ketiga tidak dialihkan ke bukan nakes

Menurut Budi, vaksin pertama yang akan keluar laporan efikasinya adalah Pfizer dan AstraZeneca.

"Jadi Pfizer dan AstraZeneca baru keluar 'final report' uji klinis ketiganya pada kuartal keempat ahun ini. Apakah ada data yang lain? Ada, cuma data itu data ad hoc, data yang belum formal," ungkap Budi.

Budi pun meminta masyarakat yang telah mendapatkan suntikan kedua vaksin tidak buru-buru untuk mencari suntikan dosis ketiga vaksin.

Baca juga: Menkes replikasi penanganan COVID-19 di Jawa untuk berbagai daerah

"Saya ingin sampaikan bahwa sesudah vaksin ke dua apakah kita harus disuntik vaksin ke-3? Tadi yang bisa mendapatkan akses (vaksinasi) baru sekitar 70 juta rakyat, dari target kita 208 juta. kalau ada yang ingin mendapatkan vaksin dosis ketiga, secara etika secara moral, kita harus berikan dulu itu ke orang yang belum mendapatkan vaksin pertama. Jadi saya mohon dengan sangat dosis ketiga 'booster' hanya kita berikan kepada nakes," jelas Budi.

Ia berharap masyarakat menjaga etika dan moral serta tidak panik terkait dengan efikasi vaksin.

"Kita sebagai manusia secara etika dan moral harus memberikan kesempatan orang yang belum dapat karena jumlahnya terbatas nanti kalau jumlahnya sudah cukup, tahun depan kita bisa lakukan apapun," ungkap Budi.

Baca juga: Menkes: Puncak kasus COVID-19 di Jawa-Bali telah terlampaui

Berdasarkan data Satgas COVID-19, sudah ada 47.478.168 orang yang mendapatkan vaksinasi dosis pertama dan sebanyak 20.673.079 orang yang mendapat vaksinasi dosis kedua dengan menggunakan berbagai merek vaksin. Jumlah tersebut adalah sekitar 24,49 persen dari total populasi Indonesia.

Pemerintah menargetkan dapat memvaksinasi 208.265.720 orang sehingga pemerintah terus menggenjot vaksinasi harian, termasuk dengan menargetkan 2 juta dosis per hari mulai Agustus ini.

Sedangkan vaksinasi "bosster" adalah vaksinasi yang diperlukan untuk memperkuat respons antibodi terhadap varian baru apalagi kematian para dokter dan tenaga kesehatan di Indonesia dari Maret 2020 hingga Juli 2021 telah mencapai 1.141 jiwa.

Baca juga: Menkes : Skenario terburuk 70 ribu kasus COVID per hari tak terjadi
 

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2021