Hal itu dilakukan untuk bisa menanamkan kepercayaan investor dalam menanamkan modalnya di Tanah Air.
"Kita sudah membuktikan bahwa pada 2020, terjadi penurunan (karhutla) yang signifikan. 2020 itu terendah kejadian karhutla. Itu menunjukkan komitmen serius pemerintah dan ini kami sampaikan ke investor bahwa Indonesia berhasil menangani ini," kata Asisten Deputi Pengelolaan Perubahan Iklim dan Kebencanaan Kemenko Marves Kus Prisetiahadi yang dihubungi dari Jakarta, Selasa.
Baca juga: Pemerintah antisipasi puncak karhutla dengan sinergi hujan buatan
Sebagai informasi, pada tahun 2020, luas kebakaran hutan dan lahan tercatat mencapai 296.942 hektare, menurun signifikan jika dibandingkan tahun 2019 yang mencapai 1.592.010 hektare.
Penurunannya diklaim pemerintah mencapai hingga 82 persen. Luas karhutla pada 2020 juga tercatat turun signifikan atau masih jauh lebih kecil dibandingkan kebakaran hutan pada tahun 2015 silam yang mencapai 2,61 juta hektare.
Meski menurun drastis, Kus mengatakan Kemenko Marves juga terus berkoordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) terkait upaya pencegahan di wilayah rawan karhutla.
Baca juga: 50 gajah di SM Padang Sugihan Kabupaten OKI selamat dari karhutla
KLHK sendiri merupakan satu dari tujuh kementerian di bawah koordinasi Kemenko Marves.
Kus menjelaskan, sebagaimana disampaikan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), ada potensi karhutla kategori menengah hingga tinggi pada Agustus 2021 di wilayah Pulau Sumatera bagian tengah dan sebagian NTB dan NTT.
Selain itu, puncak musim kemarau juga diprediksi terjadi di beberapa wilayah rawan karhutla, antara lain Sumatera bagian selatan dan sebagian besar Pulau Kalimantan terjadi pada Agustus dan September.
"Tapi juga perlu dicek, hot spotnya ini kategori sedang sampai tinggi, atau rendah sampai sedang. Jadi musim juga mempengaruhi keberhasilan dalam penanggulangan karhutla," pungkas Kus.
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021