Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai potensi penghimpunan dana di pasar modal domestik pada semester II-2021 masih menjanjikan seiring dengan ekonomi nasional yang diperkirakan mulai pulih.Dengan masih adanya waktu sekitar lima bulan lagi sampai dengan akhir tahun 2021, maka potensi penghimpunan dana diperkirakan akan melebihi Rp34,4 triliun
"Pada semester kedua tahun 2021, potensi penggalangan dana di pasar modal masih relatif promising. Hal ini terlihat dari aktifitas efek yang akan dicatatkan di bursa, khususnya saham, obligasi dan sukuk," kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna di Jakarta, Rabu.
Nyoman menyampaikan, jumlah penggalangan dana berdasarkan perhitungan daftar tunggu atau pipeline sampai 30 Juli 2021 untuk saham, obligasi dan sukuk diperkirakan sebesar Rp34,4 triliun.
Di pipeline saham, sudah ada 25 perusahaan yang berencana untuk mencatatkan sahamnya di bursa dengan perkiraan dana yang akan diperoleh sebesar Rp5,5 triliun.
Sedangkan dari pipeline obligasi dan sukuk, ada 23 perusahaan dengan perkiraan dana yang akan dihimpun mencapai Rp28,9 triliun.
"Dengan masih adanya waktu sekitar lima bulan lagi sampai dengan akhir tahun 2021, maka potensi penghimpunan dana diperkirakan akan melebihi Rp34,4 triliun," ujar Nyoman.
Untuk porsi penggalangan dana saham, obligasi dan sukuk di bursa, lanjut Nyoman, masih didominasi oleh pencatatan obligasi dan sukuk.
Sampai dengan 30 Juli 2021, obligasi dan sukuk yang diterbitkan korporasi dan tercatat di bursa berjumlah 51 emisi dengan total emisi sebesar Rp54 triliun dan diterbitkan oleh 37 perusahaan.
Sedangkan perusahaan yang telah mencatatkan sahamnya di bursa ada 27 perusahaan dengan total dana yang berhasil dihimpun sebesar Rp7,7 triliun.
"Sehingga total dana yang sudah terhimpun oleh perusahaan-perusahaan yang telah mencatatkan saham, obligasi dan sukuk sebesar Rp61,7 triliun," kata Nyoman.
Selain IPO, penggalangan dana lainnya dapat dilakukan melalui right issue oleh perusahaan tercatat. Sampai dengan 30 Juli 2021, sudah ada 16 perusahaan tercatat yang melakukan penambahan modal melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau right issue dengan dana yang berhasil dihimpun sekitar Rp35,7 triliun.
Di samping IPO dan right issue yang diterbitkan oleh korporasi, terdapat pula pencatatan Surat Berharga Negara (SBN) di bursa. Sampai dengan 30 Juli 2021, sudah ada 32 seri baru (new listing) SBN yang dicatatkan di bursa.
SBN tersebut terdiri dari pencatatan Surat Utang Negara (SUN) dan Sukuk Berharga Syariah Negara (SBSN). Jumlah SBN yang sudah dicatatkan di bursa mencapai Rp125 triliun. Beberapa diantara SBN tersebut, khususnya berupa Surat Perbendaharaan Negara (SPN) dan Surat Perbendaharaan Negara Syariah (SPNS) telah jatuh tempo.
"Adanya pemulihan ekonomi dan pertumbuhan yang terus berlanjut pada semester dua tahun 2021, diharapkan dapat memberikan iklim positif bagi ekosistem pasar modal Indonesia," ujar Nyoman.
Data dari Bank Indonesia menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi nasional pada 2021 diperkirakan sebesar 3,5 persen - 4,3 persen. Sementara itu, Bank Indonesia juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada 2021 sebesar 5,8 persen atau meningkat tipis dari perkiraan sebelumnya 5,7 persen.
Baca juga: BEI catat nilai rights issue perusahaan tercatat melonjak 302 persen
Baca juga: Setelah Bukalapak, GoTo diprediksi akan menyusul IPO tahun ini
Baca juga: BEI optimistis jadi bursa yang kompetitif dan pilar ekonomi RI
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2021