• Beranda
  • Berita
  • Dirut: Tingkat keterisian tempat tidur di RSUD Soetomo mulai menurun

Dirut: Tingkat keterisian tempat tidur di RSUD Soetomo mulai menurun

4 Agustus 2021 17:44 WIB
Dirut: Tingkat keterisian tempat tidur di RSUD Soetomo mulai menurun
Suasana di depan Gedung IGD RSUD Dr Soetomo beberapa waktu lalu. (ANTARA/Hanif Nashrullah)
Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Soetomo Surabaya dr Joni Wahyuhadi mengungkapkan tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) di rumah sakitnya mulai menurun.

"Biasanya kami merawat 500 pasien sampai 600 pasien dalam sehari, tetapi hari ini saya dapat laporan sekitar 350-an pasien. Di IGD juga demikian, biasanya merawat 100 pasien per hari dan paling rendah 80, tapi hari ini hanya sembilan pasien," ujarnya di Surabaya, Rabu.

Joni mengatakan turunnya tingkat keterisian tempat tidur di RSUD Dr Soetomo karena kasus harian COVID-19 juga mengalami penurunan.

Kendati demikian, ruang ICU RSUD Dr Soetomo masih tetap penuh sehingga menjadi indikasi bahwa pasien dengan kondisi berat masih banyak.

Baca juga: Menkes puji Jatim pisahkan pasien COVID-19 berdasarkan gejala klinis

Baca juga: Menkes siap urai penyebab tingginya kasus positif COVID-19 di Jatim


"Meski telah cukup mampu untuk menurunkan angka kematian di ICU dengan dukungan dari keahlian tenaga medis dan fasilitas mumpuni, tetapi kami masih kalah di IGD," kata dia.

Angka kasus kematian di IGD, kata dia, masih lumayan tinggi. Itu juga mengindikasikan bahwa yang datang ke RS sudah dalam kondisi berat, saturasi rendah, sehingga tidak banyak yang bisa timnya lakukan.

Fenomena dari dampak varian Delta ini, kata dia, terus dipelajari dan harus menjadi perhatian semua pihak karena keganasannya lebih parah dari pada varian sebelumnya.

"Saya sudah koordinasi dengan Menteri Kesehatan untuk menjadikan ini sebagai fokus utama, ternyata varian baru ini sangat cepat perburukannya. Oleh karenanya, penting untuk penanganan prehospitalize," tutur ketua rumpun kuratif Satgas Penanganan COVID-19 Jatim tersebut.

Menurut dr Joni, cara terbaik mengatasi dan memutus mata rantai penularan, yakni dengan penerapan protokol kesehatan ketat serta menjalankan 5M.

Ia juga menambahkan bahwa menurunnya pasien juga dikarenakan sudah dibukanya IGD di rumah sakit lain yang sempat ditutup sehingga saturasi pasien bisa lancar dan tidak menumpuk di RS tertentu saja.

"Ini tidak lepas dari langkah ibu Gubernur Jatim yang terus mendukung agar tidak sampai ada lagi IGD di rumah sakit ditutup," kata dia.*

Baca juga: Gugus tugas Jatim catat RS rujukan pasien COVID-19 "overload"

Baca juga: Vaksinasi massal di Unesa disertai pemberian bantuan paket sembako

Pewarta: Fiqih Arfani/Willy Irawan
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021