Ini tak lepas dari kerja keras pemerintah dengan masyarakat dan swasta untuk segera memulihkan perekonomian nasional karena pandemi COVID-19 yang memberikan tekanan besar tidak hanya pada sektor kesehatan namun juga sektor ekonomi
Ketua Komisi XI DPR Dito Ganinduto menilai keluarnya Indonesia dari zona resesi di kuartal II 2021 setelah menorehkan realisasi pertumbuhan ekonomi 7,07 persen (yoy), menandakan kebijakan ekonomi yang diterapkan sudah di jalur yang tepat.
Dito saat dihubungi di Jakarta, Kamis, menyebutkan realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal II 2021 ini juga lebih baik dibandingkan beberapa negara seperti Vietnam sebesar 6,6 persen (yoy) dan Korea Selatan 5,9 persen (yoy).
"Ini tak lepas dari kerja keras pemerintah dengan masyarakat dan swasta untuk segera memulihkan perekonomian nasional karena pandemi COVID-19 yang memberikan tekanan besar tidak hanya pada sektor kesehatan namun juga sektor ekonomi," ujar Dito yang menjawab melalui pernyataan tertulis.
Badan Pusat Statistik (BPS) pada Kamis ini mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 7,07 persen secara tahunan (year on year/yoy) di kuartal II 2021, atau 3,31 persen secara kuartal ke kuartal (qtq). Kembalinya Indonesia ke zona positif pertumbuhan ekonomi, menandakan keluarnya perekonomian domestik dari zona resesi sejak tiga kuartal terakhir di kuartal III-2020, atau mengakhiri pertumbuhan ekonomi minus sejak kuartal II-2020.
Beberapa indikator perekonomian di kuartal II 2021 juga menunjukkan perbaikan, seperti Indeks Keyakinan Konsumen di Juni 2021 yang berada pada level 107,4, kemudian Indeks Penjualan Ritel di Mei 2021 yang berada di 225,6.
Dari sisi fiskal, realisasi belanja negara telah mencapai 42,5 persen dari target APBN 2021 atau tumbuh 9,4 persen secara tahunan.
Dito mengatakan berbagai sektor usaha juga terus menunjukkan perbaikan kinerjanya, seperti industri pengolahan dengan porsi 19,29 persen terhadap perekonomian, yang mampu tumbuh 6,58 persen (yoy).
“Ini terutama ditopang oleh industri alat angkutan yang tumbuh tinggi sebesar 45,70 persen,” ujarnya.
Ia juga mengapresiasi insentif pembebasan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) untuk kendaraan bermotor dan keringanan pajak pertambahan nilai untuk sektor perumahan.
“Insentif ini juga turut mendorong sektor perdagangan yang tumbuh 9,44 persen (yoy) seiring tingginya perdagangan kendaraan yang mencapai 37,88 persen,” ujarnya.
Dari sisi ekspor juga pada Juni 2021 mencatatkan pertumbuhan hingga 54,5 persen (yoy) dan impor naik 60,1 persen (yoy).
Ia juga menyebut kebijakan fiskal untuk pemulihan ekonomi dari dampak COVID-19 cukup ekspansif. Hal itu terlihat dari kenaikan anggaran penanganan COVID-19 dan PEN menjadi Rp744,75 triliun dari sebelumnya Rp699,43 triliun.
“Itu dilakukan untuk pengamanan di sisi kesehatan dan melindungi masyarakat yang terdampak pandemi melalui program perlindungan sosial, seperti diskon listrik kepada 32,6 juta pelanggan, memperpanjang penyaluran bansos tunai, mempercepat penyaluran PKH, Kartu Sembako, BLT Desa, serta melanjutkan program Kartu Prakerja. Kebijakan ini direspon baik oleh masyarakat," kata Dito.
Baca juga: Stafsus Presiden: Ekonomi positif di Q2 hasil kerja sama semua pihak
Baca juga: Ekonomi RI tumbuh 7,07 persen dinilai sudah pada jalur yang tepat
Baca juga: BPS: Lima sektor beri kontribusi 64,85 persen PDB triwulan II-2021
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021