Wakil Ketua MPR RI Syarief Hasan mengapresiasi Pertamina sebagai satu-satunya perusahaan Indonesia yang masuk dalam daftar Fortune Global 500 pada tahun 2021.Jangan sampai terjadi defisit fiskal, kemudian ditambal dengan utang sehingga tekanan terhadap APBN meningkat.
"Sebagai badan usaha milik negara, Pertamina mampu melakukan transformasi, efisiensi, dan konsolidasi korporasi sehingga membukukan pendapatan tahunan yang menjadikannya salah satu yang terbesar di antara jajaran perusahaan global. Hal ini patut diapresiasi," kata Syarief Hasan dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.
Pertamina berada di peringkat 287 dan mengalahkan Coca-cola yang berada di urutan 370, Danone di peringkat 454, bahkan Tesla yang berada di peringkat 392. Pemeringkatan itu sendiri dirilis Majalah Fortune yang berbasis di Amerika Serikat (AS) dengan mengurutkan 500 perusahaan besar dunia berdasarkan pendapatan tahunan.
Atas pencapaian tersebut Syarief mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan Indonesia sejatinya memiliki daya saing untuk menjadi perusahaan global dan Pertamina adalah buktinya.
Politikus Partai Demokrat itu menyebut prestasi Pertamina perlu dijadikan sebagai barometer dan rujukan bagi perusahaan lain di Indonesia, terutama Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk terus melakukan penataan kelembagaan dan peningkatan kompetensi sehingga akan makin banyak yang masuk dalam daftar Fortune Global 500.
"Kita tentu berharap banyak BUMN mampu menembus Fortune Global 500. Hal ini penting, selain menunjukkan makin berdaya saingnya BUMN, juga akan mampu mengerek pendapatan negara," kata Syarief.
Baca juga: KSP: Dukungan Pertamina dan BPPT untuk kendaraan listrik patut ditiru
Pertamina diketahui berhasil mencatatkan pendapatan sebesar 41,47 miliar dolar AS dan laba sebesar 1,05 miliar dolar AS pada tahun 2020.
Dari sisi pendapatan negara, sepanjang tahun 2020, Pertamina telah berkontribusi Rp200 triliun kepada negara, baik melalui setoran pajak, nonpajak, maupun dividen.
Dengan makin besarnya pendapatan BUMN, penerimaan negara juga akan makin besar. Hal ini, menurut dia, penting untuk pembiayaan pembangunan.
Syarief juga mengatakan bahwa semestinya pemerintah memang fokus pada peningkatan daya saing BUMN. Apalagi, Indonesia memiliki beragam BUMN yang dapat dioptimalisasi sehingga mampu memberikan daya dukung bagi penerimaan negara yang dapat bermuara pada peningkatan kualitas ruang fiskal.
Ia mengingatkan agar jangan sampai terjadi defisit fiskal yang kemudian ditambal dengan utang sehingga tekanan terhadap APBN meningkat.
Syarief berharap agar prestasi Pertamina dapat menjadi pemicu untuk terus meningkatkan daya saingnya dan keberhasilan perusahaan BUMN itu dapat makin baik pada tahun berikutnya.
"Prestasi pada tahun 2021 kita harapkan menjadi pelecut bagi Pertamina untuk terus meningkatkan daya saingnya sehingga peringkatnya akan makin membaik pada tahun-tahun berikutnya. Keberhasilannya adalah harapan kita bersama," ujarnya.
Baca juga: Pertamina NRE catatkan kinerja positif kelola bisnis energi bersih
Pewarta: Muhammad Jasuma Fadholi
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2021