Selain itu, pengembangan kendaraan listrik dan infrastrukturnya pada akhirnya akan mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM) yang dengan sendirinya menghemat devisa serta subsidi yang dikeluarkan oleh pemerintah.
Baca juga: Begini strategi PLN menekan emisi karbon di Indonesia
"Kami menghargai usaha dari Pertamina untuk melakukan transformasi bisnis sebagai respons perkembangan global. Transformasi ini memang tidak mudah, namun kami yakin dengan pengalaman dan daya saing Pertamina hal ini dapat diwujudkan dan Pertamina nanti dapat memberikan kontribusi signifikan bagi pengembangan infrastruktur kendaraan listrik," katanya mengenai pembangunan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) oleh Pertamina, dikutip dari pernyataan pers, Jumat.
Pertamina bersama Balai Besar Teknologi Konversi Energi - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (B2TKE-BPPT) baru-baru ini telah membangun dua SPKLU yang berlokasi di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Jalan Lenteng Agung dan MT Haryono, Jakarta.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan sebagai BUMN yang masih menjalankan bisnis didominasi energi fosil, maka transformasi Pertamina harus dijalankan secara signifikan dan cepat. Komitmen transisi energi juga harus dilakukan secara serius dan melibatkan program yang sangat masif.
Baca juga: Luhut optimis Indonesia akan capai target "net zero emission" 2060
Menurutnya, Pertamina juga telah melakukan pengukuran karbon emisi dalam 10 tahun terakhir dan telah dicapai sebesar 29 persen karbon emisi selama 2010-2020. Hal ini akan terus ditingkatkan termasuk di sektor transportasi yang menyumbang 23 persen karbon emisi.
"Sektor transportasi ini harus menerapkan spesifikasi, untuk itu Pertamina bekerja sama dengan berbagai pihak, salah satunya dengan BPPT untuk mengembangkan SPKLU. Ada 3 lokasi yang dikembangkan dan alhamdullilah sudah beroperasi," katanya.
Selain itu, kata Nicke, untuk mendukung pemerintah dalam mengembangkan Industri mobil listrik, Pertamina juga bergerak di industri mid-streamnya yaitu pengembangan ekosistem baterai listrik bersama-sama dengan BUMN lain dalam IBC (Indonesian Battery Corporation).
Pertamina juga bekerja sama dengan pihak lain untuk sub-baterai yang diterapkan di beberapa daerah wisata dengan menyewakan kendaraan motor listrik.
“Dalam waktu dekat, kami juga akan me-launching green energy station, dimana hari ini sudah sekitar 100 SPBU Pertamina terpasang Solar PV, sehingga listriknya juga sudah green energy dan nanti akan dilengkapi dengan SPKLU,” jelasnya.
Nicke mengungkapkan, tahun ini Pertamina menargetkan 250-300 SPBU yang akan menjadi green energy station. Bahkan, menurutnya, akan ada reward khusus bagi pelanggan yang membeli BBM di green energy station. Ini adalah komitmen Pertamina untuk mendukung tambahan bauran energi dari renewable energy di dalam energy transition.
"Kami mengucapkan terima kasih kepada BPPT yang terus membina, kerja sama yang baik bersama Pertamina. Khususnya dalam peningkatan renewable energi dan energi baru di Indonesia. Kami juga mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada pemerintah yang terus memberikan support kepada Pertamina," kata Nicke menambahkan.
Saat ini, Pertamina telah melakukan inisiasi Pilot SPKLU di 6 Lokasi di antaranya SPKLU di SPBU Fatmawati, Jakarta Selatan yang telah diresmikan pada 10 Desember 2020 lalu, SPKLU di SPBU Kuningan dan SPKLU di Bandara Soekarno Hatta yang sedang proses pembangunan.
Adapun tiga SPKLU lainnya merupakan sinergi dengan BPPT, yakni SPBU Lenteng Agung dan MT Haryono serta SPKLU yang berlokasi Puspitek BPPT Serpong.
Baca juga: Rincian regulasi baru pajak kendaraan hybrid dan listrik di Indonesia
Baca juga: Moeldoko yakin Indonesia jadi pemain utama industri kendaraan listrik
Baca juga: Kemenperin: Kompetisi modifikasi dukung percepatan EV Indonesia
Pewarta: Suryanto
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021