• Beranda
  • Berita
  • Saham Bukalapak terkena ARA saat pencatatan perdana di bursa

Saham Bukalapak terkena ARA saat pencatatan perdana di bursa

6 Agustus 2021 10:53 WIB
Saham Bukalapak terkena ARA saat pencatatan perdana di bursa
Direktur Utama PT Bukalapak.com Tbk Rachmat Kaimuddin (kiri) bersama dengan Komisaris Utama Bukalapak Bambang Brodjonegoro memegang sertifikat pencatatan saham perdana perseroan di BEI, Jakarta, Jumat (6/8/2021). ANTARA/HO-Bukalapak

Jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 511,83 juta lembar saham senilai Rp542,4 miliar

Saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) naik 210 poin atau 24,71 persen, sehingga terkena batas auto rejection atas (ARA) menjadi Rp1.060 per saham saat pencatatan perdana saham perseroan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat.

Pada pukul 10.20 WIB, saham BUKA terpantau masih mentok di posisi Rp1.060 per saham. Frekuensi perdagangan saham perusahaan all-commerce itu tercatat sebanyak 3.644 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 511,83 juta lembar saham senilai Rp542,4 miliar.

Meski demikian, kenaikan harga saham BUKA diiringi aksi jual saham oleh investor asing yang ditunjukkan dengan jumlah jual bersih asing atau net foreign sell sebesar Rp272,96 miliar.

Bukalapak resmi melantai di bursa melalui mekanisme penawaran umum perdana saham atau IPO pada hari ini. Direktur Utama PT Bukalapak.com Tbk Rachmat Kaimuddin saat pencatatan perdana saham perseroan mengatakan, walaupun IPO Bukalapak dilakukan di tengah berlangsungnya pandemi COVID-19, minat terhadap saham Bukalapak tetap tinggi.

"Hal ini mencerminkan kepercayaan terhadap Bukalapak, perusahaan yang berfokus kepada pemberdayaan UMKM yang merupakan penggerak utama ekonomi Indonesia serta kunci potensi ekonomi negara kita. Melalui IPO ini, kami di Bukalapak percaya bahwa kami dapat mendorong pertumbuhan UMKM ke tingkatan selanjutnya," ujar Rachmat.

Sebelumnya, Bukalapak telah menyelesaikan proses penawaran awal (bookbuilding) dan roadshow dari 9-19 Juli 2021 serta penawaran umum dari 27-30 Juli 2021. Sebagai hasil dari antusiasme yang besar dari para investor umum, tercatat jumlah pemesanan yang tinggi (melalui metode pooling allotment), mencapai sekitar Rp4,8 triliun.

Bukalapak telah menambah porsi pooling allotment bagi investor ritel dari semula 2,5 persen ke 5 persen dari total pemesanan yang tersedia. Oleh karena itu, nilai dari saham yang dialokasikan untuk porsi pooling allotment bagi investor ritel naik dari yang sebelumnya Rp547,5 miliar menjadi sekitar Rp1,1 triliun.

Sesuai dengan ketentuan dalam penawaran umum perdana saham, Bukalapak menawarkan 25,76 miliar lembar saham dengan harga penawaran sebesar Rp850 setiap sahamnya. Dana yang berhasil dihimpun dari IPO tersebut sekitar Rp21,9 triliun dan akan digunakan untuk modal kerja Bukalapak dan anak-anak usahanya guna melakukan investasi di beragam produk dan layanan untuk meningkatkan kinerja, profitabilitas, serta keberlangsungan.

Plt Direktur Utama Mandiri Sekuritas Silva Halim yang bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek (joint lead managing underwriters) dalam IPO Bukalapak mengatakan, Bukalapak berhasil melalui proses IPO dan diterima dengan baik oleh para investor domestik dan internasional.

"Tercatat bahwa penawaran saham Bukalapak, melalui metode pooling, mengalami kelebihan permintaan sekitar 8,7 kali lipat, dengan pemesanan dari hampir 100.000 investor," ujar Silva.

Head of Global Banking for Southeast Asia and India, UBS, Nicolo Magni mengatakan pihaknya bangga dapat mendukung Bukalapak dalam IPO yang amat bersejarah tersebut. IPO Bukalapak sebesar 1,5 miliar dolar AS adalah yang terbesar sepanjang sejarah pasar modal Indonesia, sekaligus pencatatan perdana saham pertama oleh unicorn teknologi di bursa efek di Asia Tenggara.

"Dukungan yang sangat besar dari blue chip global dan investor regional dan domestik adalah bukti dari peran Bukalapak dalam mengantarkan usaha mikro, kecil, dan sedang ke era digital baru untuk dapat membantu merealisasikan potensi ekonomi negara. IPO ini juga menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan teknologi Asia Tenggara dapat mencapai valuasi premium untuk bertumbuh dengan permintaan yang signifikan serta menciptakan platform bagi perusahaan-perusahaan lain agar bisa memiliki penawaran yang besar dan sukses untuk dicatatkan di BEI atau bursa efek regional lainnya," ujar Nicolo.

Sementara itu, Direktur Utama BEI Inarno Djajadi mengatakan pihaknya bangga menyambut Bukalapak ke dalam daftar ternama perusahaan publik di BEI. Momen ini merupakan sebuah tonggak sejarah dan era baru bagi BEI, di mana untuk pertama kalinya sebuah perusahaan rintisan atau startup teknologi unicorn secara resmi mencatatkan sahamnya di BEI.

"Selain itu, dengan jumlah dana yang berhasil dikumpulkan sebesar Rp21,9 triliun, menjadikan IPO Bukalapak sebagai yang terbesar dalam sejarah bursa saham di Indonesia. Kami berharap langkah Bukalapak ini akan diikuti oleh perusahaan-perusahaan teknologi lain guna semakin meningkatkan kapitalisasi pasar modal Indonesia," ujar Inarno.

Baca juga: Banyak diminati, investor disarankan tetap cermati prospek Bukalapak
Baca juga: Setelah Bukalapak, GoTo diprediksi akan menyusul IPO tahun ini
Baca juga: Bukalapak tetapkan harga IPO Rp850 per saham

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021