“Ekspektasi pemulihan ekonomi ke depan ditopang oleh langkah-langkah sejumlah negara maju yang masih akan mempertahankan stimulus fiskal dan moneter,” katanya dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat.
Sri Mulyani mengatakan ekonomi global menunjukkan tren perbaikan pada triwulan II-2021 melanjutkan pemulihan yang telah terjadi pada triwulan I.
Ini ditandai dengan menguatnya kinerja ekonomi triwulan II-2021 dari negara maju seperti Amerika Serikat (AS) yang mencapai 12 persen (yoy) dengan salah satu faktornya adalah adanya base effect dari triwulan II-2020 yakni terkontraksi 9,1 persen.
Perekonomian Amerika yang membaik sejalan dengan dengan meningkatnya Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur dan relatif tingginya inflasi serta berkurangnya tingkat pengangguran yang menuju ke level pra pandemi.
Kemudian hal serupa juga terjadi pada China yang mampu tumbuh 7,9 persen (yoy) meski pada triwulan I tahun lalu sudah tumbuh 3,2 persen sedangkan Singapura tumbuh 14,3 persen pada triwulan ini dengan triwulan II-2020 terkontraksi 13,3 persen.
Ia menuturkan berbagai perkembangan tersebut berdampak kepada meningkatnya transaksi perdagangan global dan harga komoditas.
Sementara itu, dampak penguatan kinerja ekonomi global turut dirasakan Indonesia yang pada triwulan II-2021 mampu tumbuh mencapai 7,07 persen (yoy) sehingga mendorong arah pemulihan lebih baik.
“Perkembangan tersebut menunjukkan arah dan strategi pemulihan ekonomi Indonesia yang baik,” ujarnya.
Di sisi lain, Sri Mulyani mengatakan di tengah optimisme pemulihan global masih terdapat sejumlah negara yang kembali menghadapi penyebaran COVID-19 varian Delta seperti Inggris, Belanda, Malaysia, China, dan Thailand.
“Sejumlah negara kembali menghadapi penyebaran varian Delta yang sangat mudah menyebar dan menular,“ katanya.
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2021