Aktivis lingkungan hidup, Togu Simorangkir, menceritakan kondisi terkini Danau Toba di Sumatera Utara khususnya terkait pencemaran lingkungan dan konflik lahan kepada Presiden Joko Widodo.... ingin menggalang kewaspadaan dan kampanye kesadaran untuk mengatakan Danau Toba, Tano Batak, itu sedang tidak baik-baik saja dan akhirnya semua mata kita terbuka dengan masalah-masalah di Danau Toba dan Tano Batak...
"Tujuan dari aksi ini sebenarnya visinya itu adalah kelestarian Danau Toba untuk kesejahteraan generasi mendatang dengan misi aksi ini kami ingin mencari perhatian publik. Kami ingin mengatakan bahwa ini lho di Danau Toba, di Tano Batak sedang ada masalah," kata Simorangkir, di Istana Negara, Jakarta, Jumat.
Ia bersama 10 orang lainnya yang bergabung dalam TIM 11, singkatan dari "Tulus, Ikhlas, Militan", yang juga beranggotakan Anita Martha Hutagalung, Irwandi Sirait, Christian Gultom, Erwin Hutabarat, Ferry Sihombing, Agustina Pandiangan, Lambok Siregar, Yman Munthe, Jevri Manik, dan Bumi Simorangkir, anaknya yang berumur delapan tahun.
Laporan dan kisah perjalanan mereka dari Danau Toba ke Jakarta senantiasa dimutakhirkan oleh beberapa organisasi melalui laman media sosial mereka, di antaranya adalah Aliansi Masyarakat Adat Nusantara.
Mereka berjalan kaki sejauh lebih dari 1.700 kilometer dari makam Raja Sisingamangajara XII di Toba Samosir ke Jakarta sejak 14 Juni 2021 dan tiba 27 Juli 2021.
Baca juga: Menteri LHK harap RHL tingkatkan kualitas lingkungan Danau Toba
"Aksi jalan kaki untuk dari Toba ke Jakarta ini adalah bentuk dari respon kemuakan dan kemarahan terhadap kasus Natumingka yang pada 18 Mei 2021 terjadi bentrokan antara (PT) Toba Pulp Lestasi dengan masyarakat adat di Natumingka," kata Simorangkir, yang diterima Jokowi bersama Gultom dan Hutagalung.
Pada 18 Mei 2021 lalu, sebanyak 12 warga adat Natumingka terluka setelah terlibat konflik lahan dengan karyawan PT Toba Pulp Lestari (TPL) di Kabupaten Toba, Sumatera Utara. Lahan itu dinyatakan warga sebagai tanah ulayat, sementara perusahaan menyatakan sebagai konsesi yang sudah dari 30 tahun ditanami.
"Kami ingin menggalang kewaspadaan dan kampanye kesadaran untuk mengatakan Danau Toba, Tano Batak, itu sedang tidak baik-baik saja dan akhirnya semua mata kita terbuka dengan masalah-masalah di Danau Toba dan Tano Batak," kata Simorangkir.
Menurut dia, dalam dialognya dengan Jokowi, Jokowi sudah mengetahui berbagai permasalahan di Danau Toba.
Baca juga: Luhut: Beli Kreatif Danau Toba kolaborasi bangun pariwisata-ekraf
"Saya juga mengatakan Danau Toba sebagai daerah KSPN tidak bisa sejalan dengan aktivitas-aktivitas yang merusak lingkungan dan ternyata ada hal-hal yang beliau tidak tahu dan tadi dia sangat terkejut ketika saya katakan," kata dia. KPSN yang dia maksud adalah Kawasan Strategis Pariwisata Nasional
Ia menyebut Jokowi memerintahkan jajarannya untuk memeriksa laporan Tim 11 itu.
"Ada hal yang beliau tidak ketahui dan beliau sangat terkejut, ekspresinya memang benar-benar terkejut. Salah satunya beliau tidak tahu keramba jaring apung yang ada di Danau Toba itu milik perusahaan, beliau pikir itu milik rakyat karena kalau milik rakyat harusnya susah nutupnya, tapi ketika saya katakan itu milik dua perusahaan, dia sampai terkejut," kata dia.
Hal lain yang disampaikan Jokowi menurut dia adalah kerusakan-kerusakan lingkungan yang sudah terjadi perlu diperbaiki. "Pemerintah juga memberikan bibit pohonnya, dan rencananya Bapak Presiden akan datang November atau Desember untuk melakukan penanaman bersama dengan Tim 11 dan masyarakat adat," kata dia.
Baca juga: Luhut tinjau progres pembangunan destinasi super prioritas Danau Toba
Tidak ketinggalan Jokowi berjanji menyelesaikan masalah tanah ada di 15 lahan.
"Dan saya merinding, tadi juga Bapak Presiden mengatakan ada 15 tanah adat yang akan diselesaikan bulan ini. Tadi saya sudah melihat lima yang sudah diselesaikan, dan sepuluh lagi akan diselesaikan beliau dalam bulan ini. Ini kabar gembira untuk masyarakat adat di sekitar Danah Toba," kata dia.
Ia berharap ada usaha-usaha untuk menjaga dan melestarikan Danau Toba karena Danau Toba tidak hanya milik generasi saat ini, tapi generasi mendatang juga perlu menikmati kelestariannya dan keindahannya.
"Kita berharap investasi-investasi yang di sekitar Danau Toba juga memerhatikan tentang lingkungan hidup, jangan hanya fokus mengeruk keuntungan tapi mengabaikan kelestarian lingkungan dan keberlanjutan kehidupan di masa mendatang," kata dia.
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2021