Sekretaris SKK Migas Taslim Yunus mengatakan isu-isu utama dalam alih kelola Wilayah Kerja Rokan telah diselesaikan, sehingga diharapkan bisa mendukung kelancaran kegiatan Pertamina Hulu Rokan (PHR) pasca alih kelola dan mendukung pencapaian target produksi hulu migas di masa depan.
“Sebagian besar isu krusial yang dipantau oleh tim alih kelola Wilayah Kerja Rokan telah dapat diselesaikan, sehingga kami berharap PHR sudah dapat memulai kegiatan pada Senin (9/8),” Taslim dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.
Dia menjelaskan pihaknya telah menyelenggarakan rapat terakhir progress weekly meeting pembahasan transisi Wilayah Kerja Rokan bersama Chevron Pasific Indonesia dan Pertamina Hulu Rokan, Kamis (5/7) lalu.
Baca juga: SKK Migas dan Pertamina yakin produksi Blok Rokan dapat meningkat
Dalam rapat tersebut, semua pihak mengucapkan terima kasih atas kerja sama yang telah dilaksanakan selama dua tahun untuk mengawal alih kelola.
Sebelumnya, pada hari yang sama juga diselenggarakan rapat steering committee yang dihadiri Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto dan jajarannya, Dirut Pertamina Nicke Widyawati, Dirut PHE Budiman Parhusip, Dirut PHR Jaffee Arizon Suardin dan jajarannya serta Managing Director Chevron IndoAsia Business Unit & Presiden Direktur Chevron Pacific Indonesia Albert Simanjuntak.
“Ini adalah perjalanan panjang untuk mengawal transisi Wilayah Kerja Rokan. Selama dua tahun kami bekerja sama, sehingga menghasilkan banyak keputusan baik,” ujar Taslim.
Lebih lanjut Taslim menilai keberhasilan alih kelola yang dirancang SKK Migas untuk Wilayah Kerja Rokan merupakan model alih kelola terbaik, sehingga model tersebut juga akan digunakan oleh SKK Migas sebagai acuan untuk mengawal alih kelola wilay kerja lain.
Head of Agreement (HoA) Wilayah Kerja Rokan yang diinisiasi SKK Migas untuk mempertahankan tingkat produksi minyak pada akhir masa kontrak CPI telah berhasil merealisasi 103 sumur pengembangan.
Baca juga: SKK Migas nilai positif pengeboran sumur di Blok Rokan oleh Pertamina
SKK Migas berharap kegiatan pengeboran yang dilakukan CPI dapat dilanjutkan oleh PHR dengan mengebor 144 sumur pada tahun 2021, sehingga produksi dari wilayah kerja tersebut dapat dipertahankan sebesar 160 ribu barel minyak per hari.
Studi terkait Chemical EOR telah dapat diselesaikan lebih cepat, sehingga studi dinamik telah dapat diselesaikan. Manajemen kontrak-kontrak yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan operasi telah dapat diselesaikan, antara lain dengan melakukan mirroring kontrak sebelumnya sehingga kebutuhan barang dan jasa yang dibutuhkan telah terkontrak.
Pengadaan listrik dan uap yang menjadi salah satu isu yang diperhatikan juga telah mendapat solusi terbaik setelah Pertamina bekerja sama dengan PLN untuk menyelesaikan kontrak, termasuk kontrak pengadaan gas yang digunakan untuk mendukung operasional pembangkit.
Masalah ketenagakerjaan juga dapat diselesaikan sebagian besar pekerja CPI ditransfer ke PHR. Proses perizinan dan prosedur operasi juga sudah selesai ditransfer, sehingga dapat digunakan oleh PHR.
Masalah lingkungan juga sudah dapat diperoleh kesepakatan sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
“Awal yang baik ini semoga menjadi bekal untuk mengawal operasional WK Rokan di bawah pengelolaan PHR. Kami berharap, produksi Wilayah Kerja Rokan dapat ditingkatkan kembali,” pungkas Taslim.
Baca juga: SKK Migas: Blok Rokan masih jadi andalan menuju produksi 1 juta barel
Baca juga: SKK Migas minta penyelesaian Blok Rokan "B to B" Pertamina dan Chevron
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2021