Rasa cemas, sifat agresif, perubahan suasana hati hingga mual tanpa sebab merupakan beberapa dari distres, dan jika tidak diatasi dapat berakibat lebih buruk pada kesehatan mental.Emosi harus dialirkan bukan dialihkan. Emosi itu kan energi jadi yang teralirkan itu energi fisik bukan psikis
Distres adalah respons emosional dan fisiologis terhadap peristiwa yang dinilai menekan, mengancam, dan memberikan dampak negatif bagi individu yang ditandai dengan gejala depresi dan kecemasan.
Masalah kesehatan mental ini pun banyak terjadi selama pandemi, khususnya pada seorang penyintas atau yang sedang menjalani isolasi karena COVID-19.
Untuk mencegah menjadi masalah yang lebih buruk, psikoterapis Anger Management Dandi Birdy berbagi cara mengelola emosi agar tidak menghasilkan stres negatif yang dapat memperburuk kesehatan mental dan fisik seseorang.
Baca juga: Kiat kurangi kecemasan akibat berita buruk COVID-19
"Biar sehat mental ada pilar utama yang harus diketahui yaitu emosional, intelektual, sosial, fisik, dan spiritual," ujar Dandi dalam webinar "Stress Management" pada Sabtu.
Dandi mengatakan setiap orang memiliki dorongan untuk mengatasi masalah, namun titik mulai dan cara orang dalam merespons berbeda. Hal ini tergantung pada psikohistoris, kadar kesehatan mental dan kadar keimanan.
Pada pilar pertama atau emosional, seseorang harus mengalirkan emosi yang dirasakan bukan malah mengalihkannya pada hal lain. Kebanyakan orang jika sedang emosi melampiaskan dengan melakukan hal yang disukai untuk mengalihkan perhatian, padahal itu hanya akan menumpuk emosi dan bisa meledak kapan saja.
"Emosi harus dialirkan bukan dialihkan. Emosi itu kan energi jadi yang teralirkan itu energi fisik bukan psikis. Akan lebih maksimal kalau psikisnya juga," kata Dandi.
"Konsepnya sadar dulu apa yang dihadapi, marah, sedih, kesel. Terus terima kalau lagi marah, sedih dan izinkan perasaan itu dengan terapi bukan pada sembarang tempat kayak marah yang meledak-ledak. Setelah itu lepaskan biarkan mengalir keluar, ikhlaskan," imbuhnya.
Baca juga: Perlu ada deteksi dini gangguan psikologis saat PTM terbatas
Pilar kedua untuk menjaga kesehatan mental adalah menjaga fisik dengan istirahat cukup, olah raga dan makan makanan sehat. Sebab, fisik yang sakit akan berpengaruh pada psikis seseorang dan begitu juga sebaliknya.
Ketiga adalah intelektual. Berpikirlah positif dan filter informasi dari berbagai sumber untuk mendukung dalam menyelesaikan masalah.
"Dari pilar sosial, adalah dukungan sosial dari orang-orang terdekat, sahabat, pasangan dan orangtua. Saling mendukung bersama, saling menguatkan itu berpengaruh besar," ujar Dandi.
Terakhir adalah pilar spiritual, di mana seseorang harus mendekatkan diri dengan Tuhan, beribadah dan berdoa.
Dandi mengatakan, kelima pilar ini harus dipelihara secara bersamaan. Jika kelimanya berjalan dengan seimbang maka kesehatan mental pun akan terjaga dengan baik.
"Belajar anger management itu sepanjang hayat. Kalau terlalu rendah dinaikin, terlalu tinggi diturunin. Ini skill sepanjang hidup. Nikmati sebuah proses, apresiasi setiap progres," kata Dandi.
Baca juga: Pentingnya "selftalk" untuk jaga kesehatan fisik & mental saat pandemi
Baca juga: Sisi buruk kebiasaan "multitasking" untuk tubuh hingga IQ
Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2021