"Ikan di Sungai Code banyak yang mati, kemungkinan karena keracunan belerang yang ikut terbawa oleh lahar dingin hasil erupsi Gunung Merapi," kata Herry Zudianto melalui pesan singkat telepon selular di Yogyakarta, Kamis.
Menurut dia, agar dapat terhindar dari kemungkinan penyakit akibat mengonsumsi ikan yang telah terkontaminasi belerang tersebut, maka untuk sementara waktu masyarakat diminta tidak mengambil atau mengonsumsi ikan dari sungai tersebut.
Selain mengimbau masyarakat untuk tidak mengkonsumsi ikan dari Sungai Code yang membelah tengah Kota Yogyakarta, Herry juga meminta masyarakat untuk tidak beraktivitas di sepanjang alur sungai.
"Bukan hanya karena arus deras dan material-material seperti batu yang ikut terbawa oleh lahar dingin, tetapi juga potensi munculnya gas dari proses kimia akibat belerang. Salah satu indikasinya adalah bau," katanya yang mengatakan bahwa masyarakat untuk sementara ini belum perlu dievakuasi.
Sementara itu, Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta Subandriyo mengatakan bahwa di dalam lahar terdapat kandungan belerang yang cukup tinggi.
"Jika terpapar belerang dalam jumlah yang cukup banyak dan waktu yang lama, maka makhluk hidup yang ada di sungai, seperti ikan-ikan di Sungai Code akan terpengaruh. Bisa saja ikan-ikan itu mati," katanya.
Namun demikian, Subandriyo mengatakan bahwa ikan yang mati karena paparan belerang yang terkandung dalam lahar hasil erupsi Gunung Merapi tersebut masih cukup aman dikonsumsi.
Ia juga mengatakan, tidak akan ada proses kimia tertentu di air sungai karena meningkatnya kandungan belerang yang cukup tinggi.
"Hanya campuran air dan belerang, tidak akan ada reaksi kimia tertentu. Lama kelamaan juga akan hilang dengan sendirinya," katanya.
Sungai Code memiliki hulu di Gunung Merapi yaitu dari Kali Boyong. Pada Kamis sore, Kali Boyong, Kali Opak, Kali Gendol dan Kali Kuning dilanda lahar dingin setelah terjadi hujan deras di Gunung Merapi dengan jarak mencapai sekitar 20 kilometer (km).
(U.E013/H008/P003)
Pewarta: NON
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010