• Beranda
  • Berita
  • COVID-19 naik lagi, Australia pertegas lockdown di Sydney

COVID-19 naik lagi, Australia pertegas lockdown di Sydney

10 Agustus 2021 16:53 WIB
COVID-19 naik lagi, Australia pertegas lockdown di Sydney
Seekor burung berjalan melewati stasiun kereta Circular Quay yang tenang selama penguncian untuk mengekang penyebaran wabah penyakit virus corona (COVID-19), di Sydney, Australia, Rabu (28/7/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Loren Elliott/WSJ/sa
Otoritas Australia pada Selasa berjanji untuk meningkatkan penegakan aturan lockdown di Sydney, namun mengesampingkan saran bahwa tindakan lebih tegas seperti jam malam diperlukan untuk menahan lonjakan kasus.

Kota terbesar di Australia yang berada dalam penguncian enam pekan itu melaporkan rekor kasus baru COVID-19 dalam sehari.

Pada Senin (9/8), tercatat ada 343 kasus baru di kota berpenghuni lima juta orang itu, naik dari 66 kasus pada Minggu (8/8) dan melewati rekor sebelumnya yang dilaporkan pada Sabtu (7/8).

Otoritas New South Wales (NSW), negara bagian tempat Sydney berada, juga mengumumkan tiga kasus kematian akibat COVID-19 yang semuanya adalah orang yang belum divaksinasi.

Total pasien yang dirawat di rumah sakit mencapai 357 orang, 60 di antaranya dirawat intensif dan 28 lainnya memerlukan bantuan ventilator.

Di tengah keraguan tentang efektivitas penguncian Sydney, otoritas NSW mengatakan polisi telah diminta untuk meningkatkan pemeriksaan tentang berapa banyak orang yang dibolehkan berada dalam toko-toko kecil dalam waktu bersamaan, karena mereka masih melihat "banyak pergerakan yang tak perlu".

"Apa yang saya khawatirkan adalah keramaian di pusat-pusat belanja dan tempat-tempat di mana kita melihat penularan di toko-toko kecil," kata Kepala Dinas Kesehatan Kerry Chant.

Baca juga: Cegah varian Delta, NSW Australia perluas lockdown

Negara bagian tetangga NSW, Victoria, melaporkan 20 kasus baru pada Selasa, naik dari 11 kasus pada hari sebelumnya.

Sebanyak 15 orang dalam kasus tersebut diketahui beraktivitas di masyarakat saat terinfeksi, meningkatkan kemungkinan lockdown di Melbourne, kota terbesar kedua Australia, akan diperpanjang setelah Kamis.

Dengan jumlah kasus di bawah 36.700 dan 942 kematian, Australia telah menangani pandemi jauh lebih baik daripada negara-negara maju lainnya.

Namun, varian Delta telah merusak rencana pembukaan kembali Australia ketika otoritas berusaha mempercepat vaksinasi.

Baca juga: Wabah COVID-19 di Australia meluas

Perdana Menteri Scott Morrison dikritik atas upaya vaksinasi pemerintahnya yang dinilai terlalu lamban dan tidak efektif.

Morrison pada Selasa mengatakan Sydney berada dalam "pertempuran berat" melawan varian Delta.

Dia berharap Australia bisa kembali mendekati normal pada akhir tahun ini ketika semua penduduk berusia di atas 16 tahun akan disuntik dengan minimal satu dosis vaksin.

"Saya ingin Australia merayakan Natal, saya ingin setiap orang duduk mengelilingi meja itu pada saat Natal," kata Morrison di Canberra.

Pejabat NSW telah menargetkan enam juta vaksinasi pada akhir bulan ini --ketika lockdown Sydney dijadwalkan berakhir-- jika pembatasan ingin dilonggarkan.

Sejauh ini, negara bagian itu telah memberikan lebih dari 4,5 juta dosis vaksin dan 23 persen lebih penduduk berusia di atas 16 tahun telah disuntik lengkap. Angka tersebut lebih tinggi sedikit dari angka nasional.

"Itulah sebabnya kita memiliki urgensi dalam vaksinasi… sebab hal itu memberikan kita kesempatan apa yang bisa dilakukan orang-orang pada September dan Oktober," kata pemimpin NSW Gladys Berejiklian di Sydney.

Para ekonom memperkirakan lockdown di Sydney dan Melbourne telah mendorong ekonomi negara itu senilai dua triliun dolar Australia (sekitar Rp28.791 triliun) ke dalam resesi kedua dalam beberapa tahun terakhir.

Sumber: Reuters

Baca juga: Warga Sydney: "Kami bukan virusnya"

 

NSW Australia dilanda cuaca ekstrem dengan rekor curah hujan tertinggi

Pewarta: Anton Santoso
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2021