• Beranda
  • Berita
  • Tatkala anak menjadi yatim karena orang tua meninggal karena COVID-19

Tatkala anak menjadi yatim karena orang tua meninggal karena COVID-19

10 Agustus 2021 20:36 WIB
Tatkala anak menjadi yatim karena orang tua meninggal karena COVID-19
Petugas Dinas Sosial mendampingi anak yang orang tuanya meninggal dunia setelah terkonfirmasi positif COVID-19 di Kabupaten Kediri, Jawa Timur. (FOTO ANTARA Jatim/ HO-Dinsos Kabupaten Kediri)

Pemkab Kediri melakukan pendampingan mental serta sosial pada anak-anak yang ditinggal orang tuanya. Langkah itu dilakukan sebagai bentuk kehadiran pemerintah untuk anak-anak tersebut

Bukan hal yang mudah dan diinginkan oleh Karina, remaja asal Desa Silir, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, ini. Hidupnya berubah drastis ketika orang tuanya terpapar positif COVID-19.

Virus tersebut bukan hanya menjangkiti, namun juga merenggut kebahagiaan hatinya. Di usianya yang masih belia, kelas sembilan, ia harus kehilangan ayah kandungnya karena COVID-19.

Gurat kesedihan masih terlihat jelas di wajah pelajar tersebut. Ia masih ingat betul bagaimana virus itu menulari ayahnya, bahkan hingga dirinya pun ikut tertular.

Dengan jelas, dia menceritakan awal mula yang ayahnya sakit demam disertai dengan batuk dan pilek. Keluarganya sempat berpikir ayahnya terkena penyakit yang banyak menjangkiti warga saat ini.

Tidak ingin berspekulasi, akhirnya ayahnya diperiksakan ke rumah sakit. Bak disambar petir siang hari, hasil tes menunjukkan bahwa ayahnya terkonfirmasi positif COVID-19.

Namun, keluarga harus berlapang dada menerima cobaan tersebut. Ayahnya pun terpaksa menjalani isolasi di rumah. Rumah sakit penuh menjadi salah satu alasan kenapa ayahnya akhirnya isolasi di rumah.

"Awalnya sakit demam, batuk dan pilek. Kemudian, periksa ke rumah sakit, ternyata positif COVID-19. ayah menjalani isolasi mandiri di rumah," kata Karina, Selasa (10/8) 2021.

Isolasi di rumah, beragam cara dilakukan demi kesembuhan ayah Karina. Namun, bukannya semakin membaik, kondisi kesehatannya pun semakin memburuk saat isolasi.

Dalam kondisi badan yang sudah drop, keluarga akhirnya membawa ayah Karina ke rumah sakit berharap perawatan. Namun, takdir berkata lain, ayahnya meninggal dunia.

Sedih memang. Apalagi, Karina cukup dekat dengan sang ayah. Terlebih lagi, dirinya juga dinyatakan positif COVID-19 hingga harus menjalani isolasi mandiri.

Sudah ditinggal ayah tercinta, Karina juga harus berjuang untuk sembuh. Namun, dirinya bersyukur setelah menjalani isolasi mandiri, kondisinya semakin membaik, bahkan kini dirinya sudah dinyatakan negatif COVID-19.

Karina bukan hanya remaja yang terpaksa ditinggal keluarga tersayang selama-lamanya karena COVID-19. Di Kabupaten Kediri, ada sedikitnya 50 anak yang juga nasibnya sama dengan Karina. Menjadi yatim karena orang tuanya meninggal dunia terpapar COVID-19.


Pendampingan mental

Pemerintah Kabupaten Kediri sadar bahwa banyak anak yang seketika menjadi yatim bahkan yatim piatu ditinggal orang tuanya pergi selama-lamanya selama pandemi COVID-19 ini berlangsung.

Seperti yang terjadi pada Karina, yang kehilangan ayahnya saat usianya masih belia. Ia masih kelas sembilan yang tentunya masih membutuhkan sosok orang tua untuk mendampingi dan mencukupi beragam kebutuhan termasuk pendidikan.

Pemkab Kediri melakukan pendampingan mental serta sosial pada anak-anak yang ditinggal orang tuanya. Langkah itu dilakukan sebagai bentuk kehadiran pemerintah untuk anak-anak tersebut.

Salah satu yang dilakukan dengan pendampingan oleh Dinas Sosial Kabupaten Kediri. Dengan tenaga dari Panti Rehabilitasi Sosial Bina Laras (RSBL) Kediri, anak-anak diajak bernyanyi dan bermain bersama.

Metode ini disebut dikenal dengan sebutan rehabilitasi mental dan sosial. Metode ini, dilakukan dengan tujuan menyembuhkan dari rasa trauma anak dari peristiwa menyedihkan serta menumbuhkan rasa optimisme dalam hidup.

Pelaksana Tugas Kepala Dinas Sosial Kabupaten Kediri Suharsono mengemukakan anak-anak diajak untuk selalu bergembira dengan beragam kegiatan yang menyenangkan. Mereka diberikan semangat serta motivasi agar selalu bersemangat dalam hidup.

"Anak-anak tidak terus bersedih hati karena ditinggalkan oleh orang tua, atau salah satu di antaranya," katanya.

Di Kabupaten Kediri, memang ada puluhan anak yang ditinggal orangtuanya. Pemerintah mempunyai kebijakan pendampingan dilakukan secara bertahap agar pendampingan lebih optimal.

Kini, setidaknya ada 25 orang anak ikut serta program yang digelar tahap awal tersebut. Kegiatan ini juga bukan sekadar uji coba, melainkan agar praktik langsung mendampingi anak-anak.

Melalui program itu, anak-anak yatim tidak hanya sekadar diberi pendampingan semata, tapi mereka juga mendapatkan bantuan uang saku dan makanan.

Suharsono mengatakan pemerintah kabupaten juga berencana menyelenggarakan program tersebut secara berkesinambungan, mengingat banyaknya anak -anak yatim yang ditinggalkan orangtuanya akibat COVID-19 di Kabupaten Kediri.

Selain pendampingan pada anak-anak, Suharsono juga menambahkan pihaknya mencukupi kebutuhan warga yang daerahnya dilakukan lockdown karena ada warga yang terkonfirmasi positif COVID-19.

Pemerintah membantu mengirimkan makanan jadi untuk warga, sehingga mereka tidak perlu repot memasak dan bisa istirahat demi mempercepat pemulihan kesehatan tubuh.

Daerah yang pernah dilakukan "micro lockdown" misalnya, adalah Desa Jati, Kecamatan Tarokan serta Desa Turus, Kecamatan Gampengrejo. Di daerah itu ditemukan warga yang terpapar dan dalam jumlah banyak, sehingga dilakukan "micro lockdown".

Selain itu, Dinas Sosial Kabupaten Kediri juga ikut serta mengawal pendistribusian bantuan beras untuk keluarga penerima manfaat. Ada sekitar 60 ribu keluarga penerima manfaat (KPM) yang terdata dan mereka mendapatkan beras bantuan PPKM sebanyak 10 kilogram.

Sementara itu, kasus COVID-19 di Kabupaten Kediri hingga kini masih naik dan turun. Hingga Senin (9/8) terdapat 11.457 orang yang terkonfirmasi positif COVID-19. Dari jumlah itu, ada 8.783 orang telah sembuh, 870 orang telah meninggal dunia, dan 1.804 orang hingga kini masih dirawat.

Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri dr Ahmad Khotib mengatakan pemerintah berupaya keras agar virus ini bisa ditekan. Saat ini, kasus memang naik turun, namun diharapkan bisa semakin berkurang.

"Ini kasus naik turun. Kalau yang meninggal menurun, walaupun belum signifikan dan masih kategori tinggi," katanya.

Ia mengatakan, rata-rata mereka yang meninggal dunia ada di rumah sakit. Kondisinya sudah drop, sehingga nyawanya tidak dapat diselamatkan.

Guna menekan penyebaran COVID-19, dinkes juga menggandeng relawan untuk ikut membantu sosialisasi penanganan protokol kesehatan. Salah satunya dengan mengenalknan layanan telemedicine secara gratis, yang kini bisa dimanfaatkan semua masyarakat di Kabupaten Kediri.

Layanan itu, kata Ahmad tentunya sangat bermanfaat bagi warga, terutama mereka yang membutuhkan konsultasi secara daring baik soal kesehatan, hingga resep obat. 

Apa yang terjadi pada Karina dan sebayanya yang kini menjadi yatim pada pandemi COVID-19, dengan intervensi program terpadu secara sosial dan kesehatan, menjadi bukti bahwa pada tataran daerah, ada solusi yang dapat diwujudkan.

Baca juga: Kabupaten Kediri laporkan tambahan 12 warga positif COVID-19

Baca juga: RS SLG Kabupaten Kediri persiapkan tenda tangani pasien COVID-19

Baca juga: Bertambah empat, positif COVID-19 di Kediri-Jatim naik 110 kasus

Baca juga: Rumah sakit rujukan di Kabupaten Kediri overload pasien COVID-19



 

Pewarta: Asmaul Chusna
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2021