Sapto adalah salah satu atlet difabel yang mengidap cerebral palsy, sebuah gangguan pada gerakan, otot, atau postur tubuh.
Kondisi tersebut membuat atlet asal Banyumas, Jawa Tengah itu memiliki kelemahan di tangan dan kaki sebelah kanan yang membuat gerakan tangan kanannya terlihat kaku dan tak seluwes orang pada umumnya.
Namun, pria 23 tahun itu juga tak pernah memilih dilahirkan dan tumbuh di tengah kondisi keterbatasan yang sempat membuatnya diolok-olok kawan sebayanya semasa kecil.
Baca juga: Giliran atlet Paralimpiade Indonesia berjuang di Tokyo 2020
Sempat hampir tenggelam dengan cibiran kawan sebayanya, Sapto kemudian bangkit untuk membuktikan bahwa dirinya tak sepatutnya diremehkan, apalagi diolok-olok.
Pertama kali Sapto berlatih sprint pada usia 16 tahun, ketika masih duduk di kelas 1 sekolah menengah kejuruan (SMK) yang ditekuninya dan kemudian membawanya ke jenjang pelatnas.
Justru dengan keterbatasan yang dimilikinya, Sapto mampu membuktikan kemampuannya yang menonjol, yakni di bidang olahraga yang membuatnya menangguk prestasi.
Prestasi demi prestasi itu pula yang kemudian membuat para pengoloknya semasa kecil tersadar bahwa keterbatasan fisik tak menghalangi seseorang meraih prestasi.
Baca juga: Lebih dekat dengan Paralimpiade Tokyo 2020
Bergelut di cabang para-atletik, sosok kelahiran 17 September 1998 itu terus melejit dengan sederet prestasi di berbagai kejuaraan, baik nasional maupun internasional.
Pada ajang Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) 2016 di Bandung, Sapto langsung meraup lima medali emas untuk lima nomor yang diikutinya.
Kelima nomor tersebut, yakni lari 100 meter, lari 200 meter, lari estafet 4x100 meter, lari estafet 4x400 meter, dan lompat jauh.
Di kompetisi atletik ASEAN Para Games 2017 yang berlangsung di Malaysia, Sapto pun berhasil menggondol dua medali emas dari nomor lari 100 meter dan 200 meter, serta perak dari lompat jauh.
Baca juga: NPC Indonesia berangkatkan 23 atlet Paralimpiade Tokyo
Setahun berselang, Sapto kembali memboyong sekaligus dua medali emas pada Asian Para Games 2018, yakni pada nomor lari 100 meter T37 putra dan lari 200 meter T37 putra.
Tak hanya itu, Sapto juga telah membuktikan prestasinya di ajang Asian Youth Para Games 2017 Dubai dengan merebut dua medali perak dan satu emas pada World Para Atletik di China 2018.
Benar-benar prestasi yang mengagumkan. Bahkan, belum tentu orang-orang dengan kondisi fisik yang jauh lebih sempurna bisa seperti Sapto yang telah mengharumkan nama bangsa.
Kini, Sapto harus kembali membuktikan kemampuannya dalam ajang yang tak kalah bergengsi, yakni Paralimpiade Tokyo yang akan berlangsung 24 Agustus hingga 5 September 2021 di Jepang.
Bersama 22 atlet lainnya, Sapto bakal mewakili Merah Putih pada pesta olahraga atlet disabilitas empat tahunan tersebut.
Dengan keterbatasannya, ditambah kungkungan pandemi COVID-19 yang belum sepenuhnya mereda, Sapto dkk tetap bersemangat berjuang untuk mengharumkan nama bangsa.
Keterbatasan tak boleh membatasi diri, pandemi yang telah membatasi berbagai ruang gerak pun tak boleh memupus optimisme untuk meraih prestasi.
Biodata singkat:
Nama: Sapto Yogo Purnomo
Tanggal lahir: 17 September 1998
Cabang: para-atletik
Prestasi:
- Peparnas Bandung 2016 (5 emas)
- ASEAN Para Games Malaysia 2017 (2 emas dan 1 perak)
- Asian Youth Para Games 2017 Dubai (2 perak)
- World Para Atletik di China 2018 (1emas)
- Asian Para Games 2018 (2 emas)
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Teguh Handoko
Copyright © ANTARA 2021