Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir saat konferensi pers secara virtual dipantau di Yogyakarta, Kamis, mengatakan izin resmi pendirian UMAM terbit pada 5 Agustus 2021 dari Pemerintah Malaysia melalui Jabatan Pendidikan Tinggi pada Kementerian Pengajian Tinggi Malaysia.
"Pendirian UMAM ini merupakan tonggak baru pendirian perguruan tinggi Indonesia pertama di luar negeri," ujar Haedar.
Pendirian UMAM, kata dia, bertujuan memperluas gerakan mencerdaskan kehidupan bangsa serta mengembangkan pendidikan tinggi di ranah global yang diawali dari kawasan bangsa serumpun di regional ASEAN.
"Sekaligus mewujudkan misi Islam yang berkemajuan dengan wawasan rahmatan lil alamin (menjadi rahmat untuk seluruh alam)," kata dia.
Pendirian kampus itu, menurut Haedar, merupakan wujud dari program internasionalisasi Muhammadiyah berdasarkan hasil Muktamar Muhammadiyah 2015.
Melalui pendirian universitas tersebut, lanjut Haedar, Muhammadiyah juga memiliki harapan agar relasi Indonesia dengan Malaysia sebagai bangsa serumpun tidak berhenti pada hubungan konvesional dan tradisional, namun lebih jauh menjangkau program-program unggulan yang menyatukan.
"Perjalanan hubungan Indonesia dan Malaysia yang penuh dengan warna itu perlu kita rajut kembali dengan semangat bangsa serumpun sehingga kita dengan Malaysia bisa maju bersama," kata dia.
Ia menjelaskan pendirian UMAM diawali dengan pendirian perseroan terbatas (sendirian berhad) di Malaysia pada 8 Februari 2017, dengan nama UCMM Konsortium Sdn. Bhd. dengan Lembaga Pengarah Syarikat atas nama Haedar Nashir, Mohd Noh Bin Dalimin, Ahmad Dahlan Rais, dan Marpuji Ali Muanam.
Usaha pendirian UMAM, memperoleh dukungan dan persetujuan dari Pemerintah Indonesia melalui Rekomendasi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang ditandatangani Menteri Nadiem Anwar Makarim pada 7 September 2020.
Sementara dari Malaysia, usaha pendirian UMAM mendapatkan dukungan penuh (sokongan) dari Kerajaan Perlis melalui Raja Perlis DYTM Tuanku Syed Faizuddin Putra Ibni Tuanku Syed Sirajuddin Jamalullail.
Dukungan juga muncul dari para pejabat dan institusi pada Kementerian Pengajian Tinggi Malaysia serta mitra Muhammadiyah di Malaysia bersama para guru besar di negara itu.
"Universitas ini tentu bersifat terbuka untuk semua warga bangsa karena Muhammadiyah ingin mewujudkan pendidikan inklusif bagi semua bangsa di ranah global," kata dia.
Rektor Universiti Muhammadiyah Malaysia (UMAM) Waluyo Adi Siswanto mengatakan untuk sementara UMAM akan membuka 15 program studi yang terbagi dalam lima rumpun, yakni ilmu sosial, ilmu pendidikan, agama, bisnis dan ekonomi serta IT.
Sebanyak 15 prodi itu terdiri dari lima program studi PhD, lima program studi master, dan lima program studi bachelor, sedangkan program S1 baru akan dibuka setelah operasional kampus memasuki tahun ketiga.
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2021