Muhammad Arisa Putra Pohan yang akrab disapa Boy Pohan bangga bisa mewakili Indonesia memimpin pertandingan tinju dalam Olimpiade Tokyo 2020.
Dia bahkan tak menyangka mendapat kepercayaan memimpin laga final kelas menengah (69-75 kg) putra yang mempertemukan petinju Brasil Sousa Herbert dan Khyzhnik Oleksandr dari Ukraina di Kokugikan Arena, Tokyo, 7 Agustus.
Menurut dia, memimpin laga final tak sekadar kebanggaan, tetapi juga tantangan karena dia mempertaruhkan kredibilitasnya sebagai wasit dari Indonesia.
"Ada 29 wasit yang dipilih Boxing Task Force (BTF) untuk memimpin pertandingan Olimpiade dan empat wasit dieliminasi karena kinerja. Khusus untuk laga semifinal hanya 13 wasit yang terpilih dan saya bangga bisa mewakili Indonesia sebagai wasit Olimpiade, apalagi bisa diberi kepercayaan untuk memimpin partai final,” kata Boy dalam siaran pers Komite Olimpiade Indonesia (KOI), Kamis.
Baca juga: Ringkasan tinju Olimpiade Tokyo: suguhan Kuba nan piawai dan flamboyan
Boy yang menjadi wasit dalam tujuh pertandingan tinju Olimpiade itu mengaku memetik pengalaman tak terlupakan saat memimpin laga final. Sebagai wasit, dia mempunyai wewenang menentukan kapan laga harus diakhiri. Namun dia justru diprotes ketika menetapkan Hebert menang knockout (KO) atas Oleksandr pada hitungan keempat.
“Memang ada protes, tetapi tim medis saat itu juga menilai Oleksandr tidak bisa melanjutkan pertandingan dan dia juga mengatakan sorry ke saya ketika pertandingan selesai,” kata dia.
Boy menekuni profesi International Technical Officials (ITO) tinju mengikuti jejak ibunya Sri Mawarni.
Dia tidak hanya menjadi wasit Indonesia pertama yang bertugas dalam Olimpiade, tapi juga tercatat satu-satunya wasit dan juri tinju dari Asia Tenggara yang bertugas di Tokyo.
Baca juga: Irlandia, Kuba, Inggris, Uzbek rebut emas terakhir tinju Tokyo 2020
"Saya senang bisa menjalankan tugas sebagai wasit dan juri sesuai dengan keinginan Boxing Task Force (BTF) yang mengambil sementara kendali AIBA setelah Olimpiade 2016 Rio de Janeiro. Dan, saya juga bangga bisa menjaga nama baik Merah Putih dalam ajang Olimpiade 2020 Tokyo," kata dia.
“Cukup banyak pengalaman yang bisa saya petik di Olimpiade 2020 Tokyo yang perlu di terapkan dalam pertandingan tinju di Indonesia. Wasit yang memimpin pertandingan harus tanggap dalam mengambil keputusan untuk menghindari cedera fatal petinju yang bertanding sedangkan juri yang bertugas fokus dengan tombol yang terletak di atas meja," papar dia.
Indonesia juga memiliki lima International Technical Officials (ITO) lainnya yang bertugas dalam Olimpiade Tokyo yang terdiri dari tiga dalam cabang bulu tangkis, satu loncat indah, dan satu cabang menembak.
Baca juga: Krasteva jadi petinju putri Bulgaria pertama juarai Olimpiade
Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2021