Atlet peringkat lima dunia ini menilai turnamen sebesar Olimpiade harus disikapi santai, namun tetap memperhatikan performa agar tidak tertekan oleh beban target.
"Yang penting mengatur pikiran saja. Jangan terlalu menggebu-gebu, tapi tidak terlalu pesimistis agar bisa fokus menyiapkan diri sendiri," kata Ginting lewat keterangan resmi PBSI, Kamis.
Dia juga tidak memikirkan hasil pertandingan sebelumnya agar tetap fokus pada pertandingan berikutnya.
Baca juga: Ginting bangga raih perunggu Olimpiade Tokyo
"Setelah masuk perkampungan atlet saya tidak mau berpikir terlalu jauh. Hari ini ya hari ini, besok ya besok," tandas Ginting.
Sebagai atlet profesional yang sudah melalui banyak laga sulit, Ginting tidak menghadapi kesulitan beradaptasi dari segi teknik dan pengalaman.
Namun Olimpiade adalah level berbeda sehingga muncul suasana dan pengalaman yang berbeda meski menghadapi lawan-lawan yang sudah kerap bertemu dalam turnamen single tahunan.
"Terasa sekali tekanannya. Baru saya percaya yang senior-senior katakan bahwa Olimpiade memang sebuah turnamen yang berbeda. Padahal saya mencoba tidak memikirkan itu, tapi tidak tahu kenapa perasaan itu membayangi terus," kata dia.
Baca juga: Ginting bersyukur bisa bawa pulang medali dari Olimpiade perdana
Menuru dia, beban pikiran yang membuatnya stres justru baru muncul saat masuk semifinal. Pebulu tangkis asal Cimahi, Jawa Barat, ini lebih santai pada putaran awal.
"Efeknya paling terasa di luar lapangan, seperti malam itu saya tidak bisa tidur, gelisah, khawatir sampai pas bangun paginya juga perasaannya masih tidak enak," tutur dia.
Meski akhirnya kalah dalam semifinal dan melaju ke babak perebutan medali perunggu, Ginting berusaha santai dan fokus pada laga penentuan.
"Seharian saya coba mengatur ulang fokus dan moodnya. Anggap pertandingannya sebagai final. Walau cuma perunggu tapi semua dibawa senang saja. Besoknya saya sudah merasa lebih baik, tidak sesedih dan sekecewa kekalahan kemarin," pungkas dia.
Baca juga: Ginting raih medali kedua bulu tangkis dari Tokyo
Pewarta: Roy Rosa Bachtiar
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2021